PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) menilai akhir konflik di Ukraina belum bisa diterka sehingga konfrontasi akan terus berlanjut. Terlebih bibit perdamaian melalui negosiasi antara Rusia dan Ukraina sama sekali masih nihil.
"Saya yakin konfrontasi militer akan berlanjut," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam konferensi pers akhir tahun di Markas Besar PBB di New York, Selasa (20/12).
Menurut dia tidak optimis tentang kemungkinan pembicaraan damai yang efektif dalam waktu dekat antara Ukraina dan Rusia. Kedua negara itu harus membangun negosiasi yang serius untuk menciptakan perdamaian.
"Kami tidak memiliki ilusi bahwa negosiasi perdamaian sejati akan mungkin terjadi dalam waktu dekat," tambahnya.
Baca juga: Ibu Kota Ukraina Bakal Diserang Lagi Oleh Rusia
Guterres mengatakan, PBB memusatkan upaya pada aspek lain seperti ekspor amonia Rusia melalui pipa ke pelabuhan Laut Hitam di Ukraina dan mempercepat pertukaran tawanan perang.
Sebelumnya, diplomat veteran Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger mengatakan waktunya semakin dekat untuk negosiasi perdamaian di Ukraina. Cara ini dapat mengurangi risiko perang dunia III yang menghancurkan.
Namun, komentar itu ditolak pemerintah Kyiv. Menurut Ukraina, pernyataan Kissinger hanya untuk menenangkan agresor yang sudah beraksi sejak 24 Februari 2022.
Pemerintah Ukraina menegaskan, tidak mungkin ada kesepakatan yang melibatkan penyerahan wilayah. Pembantu Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, Kissinger tidak mengerti apapun soal konflik di Ukraina.
Ia menegaskan, sifat perang ini berdampak terhadap tatanan dunia. "Resep yang diminta oleh mantan menteri luar negeri, tetapi takut untuk mengatakannya dengan lantang, sederhananya menenangkan agresor dengan mengorbankan bagian-bagian Ukraina dengan jaminan non-agresi terhadap negara-negara lain di Eropa Timur," kata Podolyak.
"Semua pendukung solusi sederhana harus mengingat hal yang sudah jelas: kesepakatan apa pun dengan
iblis. Perdamaian yang buruk dengan mengorbankan wilayah Ukraina akan menjadi kemenangan bagi (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan resep kesuksesan bagi para otokrat di seluruh dunia," sambungnya.
Rusia sekarang menguasai sekitar seperlima dari Ukraina. Kremlin mengatakan Kyiv harus mengakui aneksasi Moskow atas wilayah selatan dan timur.
Ukraina mengatakan setiap tentara Rusia harus meninggalkan wilayahnya, termasuk Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014.
Kyiv masih berusaha menjadi bagian NATO setelah Moskow mengumumkan aneksasi selanjutnya pada September. Sementara Putin menyebut operasi militer khusus ini sebagai momen menentukan bagi negaranya. (Anadolu Agency/Cah/OL-09)