Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Lagi, Pembicaraan Nuklir Iran-AS Buntu

Cahya Mulyana
30/6/2022 17:25
Lagi, Pembicaraan Nuklir Iran-AS Buntu
Robert Malley, utusan khusus pemerintahan Biden untuk Iran.(AFP/Brendan Smialowski.)

PEMBICARAAN nuklir antara Iran dan Amerika Serikat (AS) di Doha, Qatar, kembali menjumpai jalan buntu. Upaya untuk kembali menyepakati perjanjian nuklir 2015 gagal total.

"Diskusi tidak langsung di Doha telah selesai. Meskipun kami sangat berterima kasih kepada Uni Eropa (UE) atas upayanya, kami kecewa bahwa Iran, sekali lagi, gagal menanggapi secara positif inisiatif UE dan oleh karena itu tidak ada kemajuan yang dibuat," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS.

Koordinator UE Enrique Mora sebelumnya mengatakan pihak-pihak yang terlibat dalam dua hari pembicaraan yang intens di Doha belum menghasilkan kemajuan yang diinginkan UE. "Kami akan terus bekerja dengan urgensi yang lebih besar untuk membawa kembali ke jalur kesepakatan kunci untuk nonproliferasi dan stabilitas regional," katanya di Twitter.

Komentar itu muncul setelah Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani mengatakan bahwa pembicaraan hanya akan berlangsung dua hari. Para pihak telah, "Bertukar pandangan dan proposal tentang masalah yang tersisa," katanya.

Seorang sumber UE mengatakan kepada AFP bahwa diskusi, yang dilakukan dua minggu sebelum Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan resmi pertamanya ke kawasan itu, seharusnya berlangsung beberapa hari.

Garis merah

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan Iran sangat serius untuk menyelesaikan kesepakatan di Doha, tetapi tidak akan melewati garis merah. "Jika pihak Amerika memiliki niat serius dan realistis, kesepakatan sangat tersedia pada tahap ini dan dalam putaran negosiasi ini," katanya seperti dikutip oleh kantor berita negara IRNA.

IRNA sebelumnya menggambarkan garis merah sebagai pencabutan semua sanksi yang terkait dengan perjanjian nuklir, menciptakan mekanisme untuk memverifikasi bahwa mereka telah dicabut, dan memastikan AS tidak menarik diri dari kesepakatan yang telah dibuat.

Washington telah, "Menjelaskan kesiapan kami untuk segera menyimpulkan dan mengimplementasikan kesepakatan untuk saling mengembalikan kepatuhan penuh," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS setelah pembicaraan tidak langsung berakhir. "Namun di Doha, seperti sebelumnya, Iran mengangkat masalah yang sama sekali tidak terkait dengan JCPOA (kesepakatan nuklir Iran) dan tampaknya tidak siap untuk membuat keputusan mendasar ingin menghidupkan kembali kesepakatan atau menguburnya," katanya.

Perbedaan pendapat antara Teheran dan Washington terutama mencakup tuntutan Iran agar Korps Pengawal Revolusi Islamnya dihapus dari daftar teror AS.

Metode Trump

Kesepakatan nuklir 2015 yang mencabut sanksi sebagai imbalan atas Iran yang membatasi program nuklirnya ditinggalkan secara sepihak pada 2018 oleh mantan Presiden AS Donald Trump. Trump menerapkan kembali sanksi keras kepada Iran.

Baca juga: AS dan Iran Mulai Bahas Kesepakatan Nuklir di Qatar

Para pejabat Iran sebelumnya mengatakan mereka mengharapkan kemajuan di Qatar tetapi memperingatkan Amerika untuk meninggalkan metode Trump dalam negosiasi. "Kami berharap, insyaallah, kami dapat mencapai kesepakatan positif dan dapat diterima jika Amerika meninggalkan metode Trump," kata Juru Bicara Pemerintah Iran Ali Bahadori Jahromi.

Dia menggambarkan metode itu sebagai, "Ketidakpatuhan terhadap hukum internasional dan perjanjian masa lalu serta mengabaikan hak-hak hukum rakyat Iran," pungkasnya. (France24/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya