Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERTUMBUHAN ekonomi Jepang kembali mengalami penurunan, dari sebelumnya 5,4% menjadi 4,6%. Covid masih menjadi salah satu penyebab utama, yang mendorong penurunan pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran dari sisi bisnis masih sangat lemah dari proyeksi pertama meskipun kalau di lihat dalam beberapa bulan bulan terakhir, perusahaan telah mendorong untuk menghabiskan lebih banyak.
Baca juga: Pertamina Sediakan Bunker BBM Pertama di Selat Malaka
"Pemulihan konsumsi swasta juga masih rendah khususnya ketika pembatasan kembali dilakukan akibat Covid-19. Jepang merupakan salah satu negara dari G7 yang cukup ketinggalan jauh pemulihan ekonominya dibandingkan groupnya," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Kamis (10/3).
Perdana Menteri Fumio Kishida sudah menyusun paket stimulus baru sebesar 56 triliun yen atau US $483 miliar pada bulan November kemarin untuk menopang pemulihan ekonomi.
Namun belum selesai Covid-19, kuartal I-2022 ini perekonomian Jepang sudah harus dihadapkan dengan kenaikan harga minyak karena Ukraina dengan Rusia.
"Saat ini kami melihat kenaikan harga minyak yang lebih tinggi memberikan risiko yang jauh lebih besar dibandingkan Covid-19 karena mampu mendorong inflasi untuk mengalami kenaikkan dan melemahkan daya beli kembali kedepannya," kata Nico.
Kenaikan harga minyak yang begitu tinggi akan merugikan bagi pendapatan perusahaan dan rumah tangga. Sejauh ini harga bahan bakar dan listrik sudah mengalami kenaikkan paling cepat dalam kurun waktu 41 tahun terakhir di Tokyo pada bulan lalu.
Net ekspor Jepang juga akan menjadi hambatan paling sulit pada kuartal ini karena impor sudah pasti akan melebihi ekspor. Transaksi berjalan juga menunjukkan bahwa Jepang mengalami defisit hingga 1 triliun yen, yang merupakan pertama kalinya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, didorong oleh kenaikan biaya energi.
Pemerintah Jepang akan meningkatkan biaya subsidi untuk mengatasi kenaikan harga bensin pada hari Jumat kemarin, dengan menggunakan dana 360 miliar Yen yang sebelumnya dicadangkan. Perekonomian Jepang masih tertatih tatih, dan daya beli masih belum pulih.
"Kami berharap bahwa Jepang mampu menunjukan konsistensi pemulihan meski setiap pemulihan akan selalu ada harga yang harus dibayar untuk hal tersebut dan seberapa jauh Jepang mau melakukannya," kata Nico. (OL-6)
ARAH pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai semakin suram. Indikator-indikator utama terus melemah, kebijakan publik dianggap belum efektif.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Langkah pemerintah melakukan deregulasi terkait impor dan kemudahan berusaha diapresiasi.
HIMPUNAN Kawasan Industri Indonesia (HKI) menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ekosistem investasi kawasan industri di tengah target ambisius pemerintah
PENURUNAN tajam peringkat daya saing Indonesia dalam laporan IMD World Competitiveness Ranking 2025 tidak lepas dari merosotnya efisiensi pemerintah dan efisiensi bisnis.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved