Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PERTUMBUHAN ekonomi Jepang kembali mengalami penurunan, dari sebelumnya 5,4% menjadi 4,6%. Covid masih menjadi salah satu penyebab utama, yang mendorong penurunan pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran dari sisi bisnis masih sangat lemah dari proyeksi pertama meskipun kalau di lihat dalam beberapa bulan bulan terakhir, perusahaan telah mendorong untuk menghabiskan lebih banyak.
Baca juga: Pertamina Sediakan Bunker BBM Pertama di Selat Malaka
"Pemulihan konsumsi swasta juga masih rendah khususnya ketika pembatasan kembali dilakukan akibat Covid-19. Jepang merupakan salah satu negara dari G7 yang cukup ketinggalan jauh pemulihan ekonominya dibandingkan groupnya," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Kamis (10/3).
Perdana Menteri Fumio Kishida sudah menyusun paket stimulus baru sebesar 56 triliun yen atau US $483 miliar pada bulan November kemarin untuk menopang pemulihan ekonomi.
Namun belum selesai Covid-19, kuartal I-2022 ini perekonomian Jepang sudah harus dihadapkan dengan kenaikan harga minyak karena Ukraina dengan Rusia.
"Saat ini kami melihat kenaikan harga minyak yang lebih tinggi memberikan risiko yang jauh lebih besar dibandingkan Covid-19 karena mampu mendorong inflasi untuk mengalami kenaikkan dan melemahkan daya beli kembali kedepannya," kata Nico.
Kenaikan harga minyak yang begitu tinggi akan merugikan bagi pendapatan perusahaan dan rumah tangga. Sejauh ini harga bahan bakar dan listrik sudah mengalami kenaikkan paling cepat dalam kurun waktu 41 tahun terakhir di Tokyo pada bulan lalu.
Net ekspor Jepang juga akan menjadi hambatan paling sulit pada kuartal ini karena impor sudah pasti akan melebihi ekspor. Transaksi berjalan juga menunjukkan bahwa Jepang mengalami defisit hingga 1 triliun yen, yang merupakan pertama kalinya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, didorong oleh kenaikan biaya energi.
Pemerintah Jepang akan meningkatkan biaya subsidi untuk mengatasi kenaikan harga bensin pada hari Jumat kemarin, dengan menggunakan dana 360 miliar Yen yang sebelumnya dicadangkan. Perekonomian Jepang masih tertatih tatih, dan daya beli masih belum pulih.
"Kami berharap bahwa Jepang mampu menunjukan konsistensi pemulihan meski setiap pemulihan akan selalu ada harga yang harus dibayar untuk hal tersebut dan seberapa jauh Jepang mau melakukannya," kata Nico. (OL-6)
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah terus berupaya mendorong intensitas perdagangan demi mengatasi gejolak perekonomian global. Demi memuluskan upaya tersebut, industri maritim logistik juga harus diperkuat.
Pentingnya reindustrialisasi yang berfokus pada sektor-sektor padat karya.
Menteri-menteri ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto perlu segera dievaluasi terutama terkait kegagalan efek stimulus dan memanfaatkan momentum di triwulan I 2025.
SETELAH membuka sejumlah gerai di Bengkulu, Kraving kini bersiap memperluas jangkauan ke Jakarta dan BSD City pada 2026.
KETUA Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti posisi ekonomi Indonesia yang masih tertinggal jauh dari negara-negara maju.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved