Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
ARAH pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai semakin suram. Indikator-indikator utama terus melemah, kebijakan publik dianggap belum efektif merespons tekanan ekonomi global maupun domestik, dan revisi pertumbuhan yang dilakukan pemerintah dinilai sebagai bentuk pengakuan bahwa ekonomi Indonesia berada di jalur yang tidak menguntungkan.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini bukan lagi potensi, melainkan realitas. Ia menyebut kondisi ini sebagai situasi gelap yang sedang berlangsung.
"Indonesia gelap itu sebuah peristiwa yang sedang terjadi saat ini. Indikator ekonomi yang menunjukkan penurunan kinerja hingga kebijakan publik yang amburadul, semakin menunjukkan jalan Indonesia saat ini gelap," kata Huda saat dihubungi, Selasa (1/7).
Ia menyoroti beberapa sinyal negatif, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 yang tidak sesuai ekspektasi, bahkan di tengah momen Ramadan dan Lebaran yang biasanya menjadi pendorong konsumsi.
Tak hanya itu, penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur pada Juni 2025 juga menjadi bukti makin lemahnya daya beli dan kehati-hatian pelaku usaha. Data purchasing manager index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat kembali turun ke level 46,9 di bulan Juni 2025 yang menunjukkan keengganan perusahaan untuk melakukan ekspansi.
Sinyal-sinyal tersebut juga diperkuat dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh berbagai lembaga internasional dan pemerintah. "Jadi sangat wajar jika banyak lembaga internasional yang merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah. Pemerintah yang awalnya menyangkal pun akhirnya menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 5,2%," kata Huda.
Sementara itu, periset dari Center of Reform on Economics (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengamini pentingnya revisi proyeksi sebagai bentuk kesadaran pemerintah akan tekanan ekonomi yang semakin kuat. Ia menyebut bahwa realisasi pertumbuhan bisa berada di batas bawah, bahkan berisiko lebih rendah dari 4,7%.
Dia menyarankan agar pemerintah tidak hanya berhenti di revisi, tetapi juga mulai merumuskan mitigasi kebijakan yang lebih ekspansif, terutama dalam pengelolaan anggaran dan stimulus fiskal. Ia menilai pelebaran defisit anggaran sejalan dengan pelemahan aktivitas ekonomi dan turunnya penerimaan negara, terutama dari pajak.
"Aktivitas ekonomi yang melambat maka kemampuan pemerintah untuk menarik pajak dari aktivitas tersebut juga ikut mengalami penurunan dan penurunan ini akhirnya memberikan efek terhadap kenaikan defisit," kata Yusuf.
Dalam kondisi seperti ini, Yusuf menilai perlu adanya intervensi fiskal yang lebih tepat sasaran, terutama pada bulan Juni dan Juli 2025. Ekspansi seperti pemberian stimulus menurutnya diperlukan, terutama ke sektor yang mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga.
Dari sisi eksternal, Yusuf memperkirakan peluang surplus neraca dagang masih terbuka, terutama akibat harga minyak global yang relatif stabil. Namun, ia mengingatkan bahwa tekanan dari potensi perang tarif antara Amerika Serikat dan negara-negara lain bisa menurunkan kinerja ekspor Indonesia dalam waktu dekat.
"Risiko neraca dagang kembali mengalami defisit juga tidak tertutup, mengingat potensi dari penurunan ekspor akan terjadi ketika dinamika potensi perang dagang akan kembali meningkat," terangnya.
Penurunan kinerja ekspor ini, lanjut Yusuf, akan berdampak langsung terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Kombinasi antara lemahnya konsumsi, ekspor yang tertekan, dan kebijakan fiskal yang belum agresif dinilai sebagai tantangan serius yang menuntut langkah nyata dari pemerintah agar kondisi ekonomi tidak terus tenggelam dalam ketidakpastian. (H-3)
KETAHANAN ekonomi Indonesia dinilai mulai tergerus, terutama karena dampak dari kondisi ekonomi global yang dalam beberapa waktu terakhir bergerak cukup dinamis.
PRESIDEN Prabowo Subianto membantah adanya anggapan bahwa ekonomi Indonesia hanya bagus di atas kertas. Hal itu diungkapkan Prabowo saat melakukan kegiatan tanam padi di Sumsel.
Dirut PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso memproyeksikan perekonomian Indonesia pada 2025 akan mengalami kontraksi dengan tumbuh di bawah 5% efek proteksionisme Donald Trump.
GURU Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Profesor Telisa Aulia Falianty berpandangan lonjakan utang luar negeri berkaitan erat dengan kondisi perekonomian nasional.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,7% pada 2025, dan naik tipis menjadi 4,8% pada 2026.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menyambut baik paket stimulus senilai Rp24,44 triliun yang diluncurkan pemerintah.
Kesiapan SDM menjadi pilar utama dalam menjaga daya saing industri manufaktur Indonesia khususnya di tengah dinamika global yang tak menentu.
KEPALA Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufiqurrahman menilai pemerintah gagal mengoptimalkan ruang fiskal di tengah perlambatan ekonomi dan meningkatkan risiko resesi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved