Efek Trump, Ekonomi RI Diramalkan Terkontraksi di Bawah 5%

Insi Nantika Jelita
13/11/2024 15:37
Efek Trump, Ekonomi RI Diramalkan Terkontraksi di Bawah 5%
ilustrasi(Dok.MI)

 

DIREKTUR Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso memproyeksikan perekonomian Indonesia pada 2025 akan mengalami kontraksi dengan tumbuh di bawah 5%. Hal ini akibat efek kebijakan proteksionisme Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump. Arah kebijakan inward-looking era Trump diyakini memicu perang dagang yang sengit antara AS-Tiongkok.

BRI, kata Sunarso, menyusun dua skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia imbas perang dagang tersebut. Skenario pertama,  jika Tiongkok melakukan retaliasi atau tindakan balasan ke AS karena pengenaan tarif impor tinggi, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di kisaran 4,7% sampai 5,03% secara year on year (yoy) di 2025. Untuk skenario kedua, lanjut Sunarso, jika Tiongkok dan negara-negara lain ikut membalas kebijakan proteksionisme AS, pertumbuhan ekonomi Indonesia dikhawatirkan menyusut lebih dalam.

"Kalau negara lain atau ramai-ramai membalas proteksionisme AS, itu dampaknya lebih buruk lagi. Kira-kira pertumbuhan ekonomi kita hanya 4,6%-4,9% saja. Analisa kami seperti ini," ungkap Sunarso dalam rapat dengar pendapat (DPR) dengan Komisi VI secara daring, Rabu (13/11).

Sunarso menjelaskan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang dibuat pihaknya berdasarkan korelasi antara hubungan ekonomi Indonesia dengan AS dan Tiongkok. Namun, katanya, hubungan dagang RI dengan Tiongkok lebih kuat dibandingkan dengan Negeri Paman Sam. Sehingga, setiap kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, akan mempengaruhi nilai perdagangan Indonesia. 

"Hubungan dagang kita itu lebih kuat korelasinya dengan Tiongkok, yang mana indeks korelasinya itu 0,351. Sementara dengan AS itu turun menjadi 0,347. Pertumbuhan ekonomi di Tiongkok itu lebih berpengaruh signifikan terhadap ekonomi kita," jelas Sunarso.

Kemudian, secara umum BRI memproyeksikan efek kebijakan proteksionisme Trump akan memberikan kontraksi pada perdagangan Amerika secara global sekitar 8,5%. Dengan inflasi AS yang tinggi, kemungkinan akan direspon oleh Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve atau The Fed dengan menaikkan suku bunga federal fund rate (FFR) di tahun depan. 

"Analisanya ini jika dia (Trump) lebih protektif, maka akan meningkatkan inflasi. Dan inflasi itu yang kemungkinan direspon oleh The Fed akan kembali menaikan suku bunga.Kalau dulu kan (The Fed) punya ruang karena memang suku bunga masih rendah. Sekarang sudah tinggi," pungkasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya