PERANG antara Ukraina dan Rusia mendapat sorotan dunia, tak terkecuali dari beberapa pejabat di Indonesia. Setidaknya, Presiden Joko Widodo, Ketua MPR Bambang Soesatyo, dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo turut mengomentari perang antara dua negara Eropa Timur tersebut.
Dalam membuka Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri 2022 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Presiden menyebut perang Ukraina-Rusia turut menambah ketidakpastian global. Dahulu, kata Jokowi, ketidakpastian itu hanya disebabkan disrupsi teknologi akibat revolusi industri 4.0 dan pandemi covid-19.
"Tambah lagi dengan perang di Ukraina, sehingga ketidakpastian global yang merembet ketidakpastian negara-negara di mana pun di dunia ini menjadi semakin meningkat," kata Presiden, Selasa (1/3).
Setidaknya, Jokowi menyoroti kelangkaan kontainer dan energi sebagai masalah yang tidak pernah diperhitungkan akibat meningkatnya eskalasi tersebut. Harga kontainer yang naik, lanjutnya, berimplikasi pada meningkatnya harga barang.
Perang juga disebut-sebut Kepala Negara turut menaikkan harga minyak. Padahal sebelum terjadinya perang, harga minyak juga sudah naik. "Sekarang harga per barel sudah di atas 100 (US$), yang sebelumnya hanya 50-60 (US$)," katanya.
"Semua negara yang namanya harga BBM naik semuanya, LPG naik semuanya. Hati-hati dengan ini," sambung Jokowi.
Baca juga : 99 WNI di Ukraina Berhasil Dievakuasi
Dalam kesempatan yang sama, Bambang berharap agar Ukraina dan Rusia segera menemukan titik temu untuk menghentikan penggunaan kekerasan. Ia berharap kedua negara bisa menggunakan saluran diplomatik guna menciptakan stabilitas dan perdamaian.
Menurut Bambang, perang Rusia dan Ukraina harus dijadikan pembelajaran mengenai bagaimana eskalasi konflik bisa secara cepat meningkat menjadi perang terbuka.
"Kita harus mencermati mengapa upaya-upaya diplomasi gagal mencegah perang. Kita harus melakukan kajian strategis," katanya.
Di hadapan perwira tinggi TNI-Polri, ia juga meminta agar dilakukan pendalaman ihwal dilema keamanan antara Amerika Serikat, NATO, Ukraina, dan Rusia yang berujung pada ketegangan diplomatik.
Bambang pun mendorong pengkajian perubahan taktik dan teknologi tempur yang digunakan untuk memastikan kekuatan Indonesia tetap relevan dengan dinamika teknologi persenjataan terkini.
"Untuk Indonesia, perang Ukraina akan memberikan pengaruh politik dan ekonomi yang mau tidak mau mengharuskan kita untuk mengkalkulasi ulang strategi kebijakan serta program pemulihan ekonomi dan reformasi struktural," jelas Bambang.
Sementara itu, Kapolri meminta agar dampak global yang ditimbulkan dari konflik Rusia-Ukraina tidak diremehkan. Oleh karena itu, pihaknya meminta dilakukan langkah antisipasi menghadapi dampak global yang berpotensi meluas.
Sigit menyebut beberapa negara besar di dunia sudah mengambil sikap terhadap serangan Rusia ke Ukraina. Mereka yang tidak setuju dengan tindakan Rusia telah memberikan sanksi ekonomi.
"Kemudian mengirimkan pasukan, termasuk jerman, kemudian juga mengirimkan bantuan-bantuan kemanusiaan," kata Sigit.
Di sisi lain, ada juga negara yang tidak setuju dengan pemberian sanksi kepada Rusia, misalnya Tiongkok.
"Kita harus ikuti perkembangannya, dan kemudian melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap stiuasi perkembangan yang ada," pungkas Sigit. (OL-7)