Dua Ilmuan Pengembang Organokatalisis Asimetris Raih Nobel Kimia 

Nur Aivanni
06/10/2021 17:43
Dua Ilmuan Pengembang Organokatalisis Asimetris Raih Nobel Kimia 
Pengumuman nobel kimia untuk Benjamin List dan David MacMillan(AFP/Jonathan Nackstrand)

BENJAMIN List dari Jerman dan David MacMillan dari Amerika Serikat pada Rabu memenangkan Hadiah Nobel Kimia untuk pengembangan alat baru yang tepat untuk konstruksi molekul. 

Dikatakan Komite Nobel, keduanya dianugerahi untuk pengembangan alat baru yang tepat untuk konstruksi molekul: organokatalisis. Itu memiliki dampak besar pada penelitian farmasi dan telah membuat kimia lebih hijau. 

List dan MacMillan, keduanya berusia 53 tahun, akan berbagi hadiah 10 juta kronor ($1,1 juta, satu juta euro). 

MacMillan adalah profesor di Princeton University di AS, sementara List adalah direktur di Max Planck Institute di Jerman. 

"Banyak bidang penelitian dan industri bergantung pada kemampuan ahli kimia untuk membangun molekul yang dapat membentuk bahan elastis dan tahan lama, menyimpan energi dalam baterai atau menghambat perkembangan penyakit," kata Komite Nobel di Royal Swedish Academy of Sciences dalam sebuah pernyataan. 

Baca juga : Dua Pakar Iklim dan Ahli Teori Fisika Raih Nobel Fisika 

"Karya ini membutuhkan katalis, yang merupakan zat yang mengontrol dan mempercepat reaksi kimia, tanpa menjadi bagian dari produk akhir," tambahnya, yang mencatat bahwa sebelum karya para pemenang tersebut, para ilmuwan percaya hanya ada dua jenis katalis, logam dan enzim. 

Pada 2000, para peneliti, bekerja secara independen satu sama lain, mengembangkan jenis ketiga, yang disebut "organokatalisis asimetris", yang bergantung pada molekul organik kecil. 

Menurut Clarivate, yang menyimpan daftar calon pemenang Hadiah Nobel, lebih dari 70 peneliti memiliki apa yang diperlukan untuk dipertimbangkan untuk mendapatkan hadiah di bidang kimia. 

Tahun lalu, Nobel diberikan kepada perempuan Prancis Emmanuelle Charpentier dan Jennifer Doudna dari Amerika, untuk mengembangkan teknik penyuntingan gen yang dikenal sebagai CRISPR-Cas9 - "gunting" pemotongan DNA. (AFP/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya