Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PERUSAHAAN farmasi AS Pfizer memulai uji klinis untuk vaksin influenza yang dirancang dengan teknologi mRNA yang sama di balik keberhasilan suntikan covid-19.
Tujuannya untuk meningkatkan generasi vaksin flu saat ini yang memiliki kemanjuran 40-60% terhadap penyakit yang dapat menyebabkan hingga 650.000 kematian per tahun.
"Pandemi covid-19 memungkinkan kami untuk memberikan peluang ilmiah yang sangat besar dari mRNA," kata kepala penelitian vaksin di Pfizer Kathrin Jansen dalam sebuah pernyataan, Senin (27/9).
"Influenza tetap menjadi area di mana kami melihat kebutuhan akan vaksin yang dapat menghasilkan peningkatan kemanjuran pada musim tertentu, dan kami percaya mRNA adalah teknologi yang ideal untuk menghadapi tantangan ini,” imbuhnya.
Studi tahap awal akan merekrut lebih dari 600 warga Amerika berusia 65 hingga 85 tahun, menurut pernyataan perusahaan dan situs web pemerintah yang mencantumkan uji coba tersebut.
Secara khusus, Pfizer ingin membandingkan keamanan dan tingkat respons imun dari vaksin mRNA regangan tunggal, ganda, dan empat kali lipat pada tingkat dosis yang berbeda dibandingkan dengan vaksin regangan empat kali lipat konvensional yang berlisensi.
Vaksin flu musiman konvensional umumnya dibiakkan dengan menumbuhkan virus di dalam telur ayam atau sel mamalia. Virus-virus tersebut dinonaktifkan dan diproses untuk dijadikan vaksin.
Baca juga: Pfizer Mulai Uji Klinis Vaksin Flu mRNA
Prosesnya penuh dengan tantangan, termasuk memproduksi vaksin yang membangkitkan respons yang kuat dan mengikuti perubahan jenis virus. Para ahli harus memprediksi kecocokan terbaik untuk vaksin musim depan enam bulan lagi.
Janji teknologi asam mRNA (messenger ribonucleic) adalah bahwa mereka hanya membutuhkan urutan genetik virus, atau bagian tertentu darinya, memungkinkan produksi yang lebih cepat dan fleksibel.
Tubuh manusia membaca kode genetik dan menghasilkan sel mirip virus yang melatih sistem kekebalan untuk bersiap menghadapi hal yang sebenarnya.
Pfizer mulai mengerjakan vaksin influenza mRNA pada tahun 2018 dengan mitra Jermannya, BioNTech, yang akan menerima royalti setelah disetujui dan dikomersialkan.
Di masa depan, Pfizer berencana untuk mengeksplorasi obat mRNA terhadap virus pernapasan, kanker, dan penyakit genetik lainnya. Moderna juga sedang mengerjakan vaksin flu mRNA dan vaksin melawan virus pernapasan (RSV).(Straitstimes/OL-5)
Lonjakan terbaru kasus covid-19 di sejumlah negara di Asia kembali menghadirkan tantangan kesehatan masyarakat yang harus segera ditangani.
Dunia saat ini menghadapi tantangan tripledemic, yaitu situasi ketika covid-19, influenza, dan Respiratory Syncytial Virus (RSV) bersirkulasi secara bersamaan.
Flu atau influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, dengan gejala umum seperti batuk, pilek, hidung tersumbat, demam, dan sakit kepala.
Anak yang memiliki penyakit penyerta atau mengonsumsi obat-obatan tertentu memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi berat akibat influenza.
Jadi biasanya anak-anak mungkin kena infeksi virus ini dari tempat bermain umum bisa saja. Di sekolah atau di tempat kolam renang, atau playground.
Dengan perubahan fisiologi yang dialami ibu hamil, infeksi virus influenza mampu menyebabkan komplikasi hingga mengakibatkan ibu hamil dirawat.
Pfizer dan Moderna sedang mengembangkan vaksin flu burung berbasis mRNA untuk menghadapi ancaman virus Flu Burung yang semakin meningkat.
Pfizer melaporkan penurunan laba yang tajam pada Selasa (1/8) karena pendapatan terkait covid-19 yang jauh lebih rendah akibat prospek penjualan setahun penuh yang dibatasi.
Pfizer mencapai kesepakatan untuk membeli perusahaan biotek Seagen senilai US$43 miliar atau sekitar Rp661 triliun untuk memerangi kanker.
Wiku berharap vaksin Pfizer yang sudah disebar ke berbagai daerah digunakan dengan baik. Supaya masyarakat semakin terlindungi dari penularan covid-19.
Mengingat, sejumlah vaksin covid-19 buatan dalam negeri, seperti Indovac, baru mendapatkan izin penggunaan darurat (UEA) untuk dosis reguler 1 dan 2.
Pemberian vaksin booster juga telah dilakukan di 120 negara di dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved