SRI Lanka akan berhenti membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru dan mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050. Srilanka telah menetapkan target untuk mencapai 70% dari semua kebutuhan energinya dari sumber terbarukan pada tahun 2030.
"Srilanka senang menjadi co-lead Energy Compact for No New Coal Power," kata Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dalam pidatonya di Forum Energi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (24/9).
Pemerintah termasuk Sri Lanka, Chili, Denmark, Prancis, Jerman, Montenegro, dan Inggris telah mengumumkan No New Coal Power Compact untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, menurut kelompok advokasi iklim Sustainable Energy for All.
Sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari, dan pembangkit listrik tenaga air kecil dan besar bersama-sama menyumbang setengah dari kapasitas listrik terpasang negara pulau itu, dengan sisanya adalah tenaga batu bara dan minyak.
Pembangkit listrik tenaga air dan terbarukan saat ini menyumbang sekitar 35% dari kebutuhan listrik negara itu.
"Tujuan kami adalah untuk beralih dari bahan bakar fosil, mempromosikan de-karbonisasi, dan menjadikan Srilanka negara netral karbon pada tahun 2050," tuturnya.
Dihadapkan dengan apa yang mereka lihat sebagai ancaman eksistensial, para pemimpin dari dataran rendah dan negara-negara kepulauan memohon negara-negara kaya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) minggu ini untuk bertindak lebih tegas terhadap planet yang memanas.
Sri Lanka adalah negara Asia terbaru yang berjanji mengakhiri pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru, mengikuti langkah serupa oleh Korea Selatan dan Jepang awal tahun ini. Asia menyumbang bagian terbesar dari konsumsi batu bara global.
Pengumuman Sri Lanka mengikuti janji Tiongkok untuk tidak membangun proyek pembangkit listrik tenaga batu bara baru di luar negeri di Majelis Umum PBB awal pekan ini.
Tiongkok memiliki investasi yang signifikan dalam proyek infrastruktur dan energi di negara-negara Asia seperti Srilanka dan Pakistan, dan di negara-negara Afrika seperti Kenya.
Rajapaksa menyebut, Sri Lanka juga akan mencegah impor kendaraan berbahan bakar fosil, mendorong adopsi mobil listrik dan investasi dalam energi hijau.
"Saya meminta negara-negara yang memiliki kemampuan yang diperlukan untuk mendukung negara-negara berkembang saat mereka mencoba transisi ini ke pembangkit energi yang lebih berkelanjutan," tandasnya. (Aiw/Straitstimes/OL-09)