Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
TOKOH oposisi Rusia Alexei Navalny memberikan wawancara pertama dari penjara dengan mengatakan dirinya dipaksa menonton siaran televisi pemerintah selama 8 hari setiap harinya.
Navalny, yang membangun karier politiknya dengan membongkrar praktik korupsi di Rusia, ditahan di sebuah penjara kemanan maksimum di Pokrov, 100 kilometer di timur Moskow.
Dalam wawancara dengan New York Times, Navalny mengatakan era kerja paksa ala Uni Soviet telah berakhir digantikan dengan kekerasan psikologis berupa cuci otak dan propaganda.
Baca juga: AS Rencanakan Suntikan Penguat Covid dengan Jeda Enam Bulan
"Anda mungkin membayangkan orang-orang berotot dengan tubuh penuh tato membawa pisau. Namun, faktanya lebih mirip dengan kamp kerja paksa Tiongkok dengan semua orang berbaris dan kamera di mana-mana. Ada budaya kendali dan saling mengadu," papar Navalny.
Dia mengisahkan sipir mengawasi para tahanan saat mereka menonton propaganda pemerintah dan tidak mengizinkan para tahanan membaca atau menulis. Para sipir juga membangunkan para tahanan jika mereka tertidur.
Meski begitu, Navalny optimistis rezim Vladimir Putin akan berakhir.
"Seekarang atau nanti, mereka akan melakukan kesalahan dan Rusia akan menjadi negara demokrasi, bergabung dengan perkembangan Eropa. Hal itu akan terjadi karena warga menginginkannya," tegas Navalny.
Navalny kemudian mengulangi kritiknya terhadap Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang menjatuhkan sanksi bagi Rusia. Menurutnya, sanksi itu hanya menyakiti warga Rusia bukan mereka yang berkuasa.
Navalny tidak pernah bungkam sejak dipenjara, Maret lalu. Dia terus merilis surat dari penjara dan mengelola sejumlag unggahan di media sosial. Namun, wawancara dengan New York Times merupakan yang pertama. (AFP/OL-1)
Moskow mengumumkan pengusiran itu, beberapa jam setelah Borrell bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, untuk membahas hubungan antara kedua negara.
Kritikus Kremlin Alexei Navalny telah dipindahkan dari penjara Moskow ke lokasi yang tidak diketahui.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut sanksi AS sebagai serangan anti-Rusia yang bermusuhan dengan dalih yang tidak masuk akal.
Navalny merasakan sakit di kakinya dan dia meminta bantuan untuk mendapatkan suntikan Diklofenak untuk mengurangi rasa sakit
Pria berusia 44 tahun itu mengatakan dirinya mengalami syaraf kejepit yang awalnya menyebabkan kaki kanannya mati rasa.
"Saya melakukan mogok makan menuntut agar hukum ditaati dan dokter diizinkan mengunjungi saya,"
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved