Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
TOKOH oposisi Rusia Alexei Navalny memberikan wawancara pertama dari penjara dengan mengatakan dirinya dipaksa menonton siaran televisi pemerintah selama 8 hari setiap harinya.
Navalny, yang membangun karier politiknya dengan membongkrar praktik korupsi di Rusia, ditahan di sebuah penjara kemanan maksimum di Pokrov, 100 kilometer di timur Moskow.
Dalam wawancara dengan New York Times, Navalny mengatakan era kerja paksa ala Uni Soviet telah berakhir digantikan dengan kekerasan psikologis berupa cuci otak dan propaganda.
Baca juga: AS Rencanakan Suntikan Penguat Covid dengan Jeda Enam Bulan
"Anda mungkin membayangkan orang-orang berotot dengan tubuh penuh tato membawa pisau. Namun, faktanya lebih mirip dengan kamp kerja paksa Tiongkok dengan semua orang berbaris dan kamera di mana-mana. Ada budaya kendali dan saling mengadu," papar Navalny.
Dia mengisahkan sipir mengawasi para tahanan saat mereka menonton propaganda pemerintah dan tidak mengizinkan para tahanan membaca atau menulis. Para sipir juga membangunkan para tahanan jika mereka tertidur.
Meski begitu, Navalny optimistis rezim Vladimir Putin akan berakhir.
"Seekarang atau nanti, mereka akan melakukan kesalahan dan Rusia akan menjadi negara demokrasi, bergabung dengan perkembangan Eropa. Hal itu akan terjadi karena warga menginginkannya," tegas Navalny.
Navalny kemudian mengulangi kritiknya terhadap Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang menjatuhkan sanksi bagi Rusia. Menurutnya, sanksi itu hanya menyakiti warga Rusia bukan mereka yang berkuasa.
Navalny tidak pernah bungkam sejak dipenjara, Maret lalu. Dia terus merilis surat dari penjara dan mengelola sejumlag unggahan di media sosial. Namun, wawancara dengan New York Times merupakan yang pertama. (AFP/OL-1)
Pengadilan di Moskow memerintahkan penangkapan in absentia terhadap Yulia Navalnaya, istri dari politisi oposisi Alexey Navalny, dengan tuduhan berpartisipasi dalam organisasi ekstremis.
Majalah Forbes memasukkannya sebagai salah satu orang terkaya di struktur militer Rusia.
Para pendukung Navalny di Rusia, meskipun tanpa harapan untuk perubahan politik, menemukan dukungan bersama dalam menghadapi pemerintahan keras Vladimir Putin.
Yulia Navalnaya meneruskan perjuangan suaminya, Alexei Navalny melawan Putin dengan gerakan Siang Melawan Putin, di mana warga ke TPS memilih kandidat selain Putin.
Leonid Volkov, figur oposisi utama Rusia dan sekutu dekat mendiang pemimpin oposisi Alexei Navalny, mengalami serangan di luar rumahnya di Lithuania, Selasa (12/3).
Sebanyak 43 negara mendesak penyelidikan internasional atas kematian oposisi Rusia Alexei Navalny.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved