Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Abaikan WHO, Sejumlah Negara Tetap Berikan Booster Vaksin Covid-19

Atikah Ishmah WInahyu
06/8/2021 10:46
Abaikan WHO, Sejumlah Negara Tetap Berikan Booster Vaksin Covid-19
Vaksinasi covid-19(AFP/CHANDAN KHANNA )

JERMAN, Prancis, Israel dan Cile akan melanjutkan rencana memberikan booster vaksin covid-19. Mereka mengabaikan seruan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menunda sampai lebih banyak orang divaksinasi di seluruh dunia.

Keputusan untuk terus maju dengan suntikan pendorong terlepas dari pernyataan WHO menunjukkan ketidakadilan besar dalam menanggapi pandemi ketika negara-negara kaya meningkatkan program untuk melindungi warga dari varian Delta yang lebih menular.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis sedang berupaya meluncurkan dosis ketiga untuk lansia dan rentan mulai September.

Jerman bermaksud untuk memberikan booster kepada pasien dengan gangguan kekebalan, para lansia dan penghuni panti jompo mulai September.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan mendesak warga yang lebih tua untuk mendapatkan suntikan ketiga setelah bulan lalu pemerintah memulai kampanye untuk memberikan dosis booster.

"Siapa pun yang berusia di atas 60 tahun dan belum menerima dosis ketiga dari vaksin, enam kali lebih rentan terhadap penyakit parah dan kematian," kata Bennett.

Baca juga: WHO Minta Moratorium Suntikan Booster Vaksin Covid-19

Dalam diskusi online dengan publik dan jurnalis, Bennett mengatakan upaya Israel untuk memberikan dosis ketiga vaksin Pfizer-BioNTech kepada warga berusia di atas 60 tahun akan memberikan informasi penting kepada dunia dalam memerangi varian Delta.

“Israel, dengan populasi 9,3 juta, adalah negara kecil yang penggunaan vaksinnya tidak terlalu mempengaruhi pasokan dunia secara signifikan,” tambahnya.

Sebelumnya, pada Rabu (4/8), Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta untuk menghentikan booster hingga setidaknya akhir September, dengan mengatakan tidak dapat diterima bagi negara-negara kaya untuk menggunakan lebih banyak pasokan vaksin global.

Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat, menurut WHO. Sementara itu, negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.

"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global untuk menggunakan lebih banyak lagi," kata Tedros.

Jerman menolak tuduhan itu, dengan mengatakan pihaknya juga akan menyumbangkan setidaknya 30 juta dosis vaksin ke negara-negara miskin.

"Kami ingin memberikan vaksinasi ketiga kepada kelompok rentan di Jerman dan pada saat yang sama mendukung vaksinasi sebanyak mungkin orang di dunia," kata kementerian kesehatan.

Mengikuti komentar Tedros, Gedung Putih mengatakan pada hari Rabu, pihaknya siap untuk memberikan suntikan penguat jika diperlukan, menunjukkan mereka juga tidak akan mengindahkan seruan WHO.

Pfizer mengatakan booster kemungkinan besar diperlukan karena berkurangnya respons antibodi, terutama setelah enam bulan.

Regulator kesehatan AS mengatakan lebih banyak bukti ilmiah diperlukan untuk memastikan penguat tertentu diperlukan, tetapi telah mengindikasikan mereka percaya suntikan ketiga mungkin diperlukan untuk orang dengan sistem kekebalan yang terganggu.

Pemerintah Macron sedang mencoba meningkatkan program vaksinasi Prancis ketika negara itu menghadapi gelombang keempat virus dan demonstrasi jalanan sebagai protes terhadap kebijakan pemerintah terkait covid-19.

Prancis dan Jerman sejauh ini telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin covid-19 kepada 64,5% dan 62% dari populasi masing-masing, dengan 49% warga Prancis dan 53% warga Jerman divaksinasi penuh.

Demikian pula, Cile akan mulai memberikan suntikan booster kepada mereka yang sudah diinokulasi dengan vaksin covid-19 Sinovac, setelah penelitian menunjukkan dua dosis awal kehilangan beberapa efektivitas setelah beberapa bulan.

Cile meluncurkan salah satu kampanye inokulasi massal tercepat di dunia melawan covid-19 pada bulan Februari dan sekarang telah memvaksinasi penuh lebih dari 60% populasinya, terutama dengan CoronaVac dari Sinovac.

"Kami telah memutuskan untuk memulai penguatan vaksinasi bagi mereka yang telah menerima kedua dosis vaksin Sinovac," kata Presiden Sebastian Pinera dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis.

Negara itu akan mulai memberikan dosis tambahan vaksin Astrazeneca Oxford pada 11 Agustus, dimulai dengan warga berusia di atas 55 tahun yang menerima suntikan sebelum 31 Maret.

Subsekretaris Kesehatan Paula Daza mengatakan penelitian domestik dan internasional menunjukkan booster akan membantu memperkuat kekebalan. Cile pun telah menyumbangkan vaksin ke tetangganya dan akan terus membantu sesuai kebutuhan.

"Kami selalu menganalisis rekomendasi, dan jelas kemungkinan bekerja sama dengan negara-negara Amerika Latin lainnya," katanya.

Data yang dirilis oleh pemerintah Cile pada hari Selasa menunjukkan bahwa efektivitas CoronaVac dalam mencegah infeksi simtomatik di antara penerimanya turun dari 67% ketika diukur antara Februari dan April, menjadi 58,5% ketika diukur lagi pada awal Juli.(Straitstimes/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya