Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SEJAK 1991, Singapore International Foundation (SIF) berusaha menyatukan warga Singapura dan komunitas dunia untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan menghasilkan perubahan positif, membangun persahabatan yang abadi dengan saling bertukar ide, keterampilan, dan pengalaman. SIF, yang telah berkolaborasi dengan lebih dari 700 institusi, 4.000 sukarelawan Singapura, dan 45.000 jaringan pertemanan dari seluruh dunia, telah berhasil menghasilkan perubahan yang positif bagi hampir 16 juta orang di 28 negara.
Untuk merayakan 30 tahun membangun hubungan antar-manusia, SIF menggelar Public Diplomacy in Asia conference yang diadakan pertama kali di Singapura dari 26 – 30 Juli. Konferensi dibuka dengan sambutan oleh Tamu Kehormatan Menteri Luar Negeri Singapura Dr Vivian Balakrishnan. Acara Virtual (online) yang diselenggarakan dalam kemitraan dengan University of Southern California’s Center on Public Diplomacy itu mempertemukan 40 pakar diplomasi publik (PD) dari 15 negara, yang mewakili sektor swasta, publik, dan masyarakat. Diskusi selama lima hari ini akan berfokus pada kebijakan dan praktik diplomasi publik di Asia, serta peluncuran Winning Hearts and Minds: Public Diplomacy in ASEAN.
Baca juga: Singapura Perketat Pembatasan Usai Lonjakan Kasus Covid-19
Public Diplomacy in Asia 2021 Diplomasi publik telah dipelajari secara komprehensif di wilayah barat tetapi tidak secara luas di Asia. Konferensi ini akan mengkaji bagaimana negara-negara Asia melibatkan publik global untuk memperkuat rasa saling pengertian dan menumbuhkan kepercayaan antara negara dan warganya, berkontribusi pada studi budaya, serta pengembangan dan diplomasi digital. Konferensi ini juga akan menyoroti peran pemuda, bisnis, dan kota yang berkembang dalam hubungan internasional.
“Diplomasi publik atau people diplomacy adalah masa depan hubungan internasional sebab saat ini dunia sudah saling terhubung. Semakin banyak individu, akademisi, pelaku bisnis, dan masyarakat sipil memulai percakapan dan mengambil tindakan atas isu-isu yang terjadi di dunia, di mana perubahan terjadi dengan cepat dan isu tersebut mungkin saja masih luput dari perhatian pemerintah," ujar Executive Director SIF, Jean Tan.
"Mereka terhubung secara online untuk berkolaborasi dalam sejumlah isu lintas batas untuk saling berbagi ide, bertukar pendapat, dan mengembangkan solusi. Oleh karena itu, negara-negara yang memanfaatkan pengaruh yang semakin besar dari masyarakatnya untuk membangun rasa saling percaya, saling menghormati, dan masa depan bersama dengan orang lain, memiliki keunggulan. Bersama dengan inisiatif yang digerakkan oleh pemerintah, diplomasi publik memperkaya hubungan antar negara untuk membangun dunia yang lebih baik,” imbuhnya.
“SIF telah menghabiskan 30 tahun terakhir untuk membangun hubungan antar-masyarakat dan dampak sosial melalui programprogram yang bergerak di bidang kebudayaan, pengembangan, dan diplomasi digital. Sebagai pelaku diplomasi publik, SIF memiliki pemahaman yang mendalam tentang nuansa budaya komunikasi di Asia, dan USC Center on Public Diplomacy merasa terhormat dapat bermitra dengan SIF dalam misinya untuk menyatukan komunitas dunia,” timpal Director of the USC Center on Public Diplomacy and Associate Professor di USC Annenberg School of Communication and Journalism, Dr Jian (Jay) Wang.
“Publikasi yang telah disusun SIF memberikan wawasan bermanfaat tentang praktik diplomasi publik yang dilakukan oleh negara-negara di ASEAN saat ini, dan saya berharap hal tersebut dapat membangkitkan komunitas di Asia Tenggara untuk lebih tertarik dan dapat berpartisipasi aktif dalam subjek pembahasan ini,” imbuhnya.
Mr Reuben Kwan, Director, Strategic Management SIF yang mengawasi publikasi tersebut, mengatakan meski diplomasi publik memainkan peran penting dalam membentuk perdamaian, terdapat literatur dan penelitian yang terbatas tentang bagaimana hal tersebut dipraktikkan di Asia.
"Melalui Winning Hearts and Minds: Public Diplomacy in ASEAN, kami berusaha menjelaskan praktik dan kontribusi Asia dalam diplomasi publik, yang dipengaruhi oleh konteks budaya dan geopolitik yang unik di kawasan ini. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, kami ingin melihat hal apa lagi yang bisa kami lakukan untuk memperkuat kepercayaan dan kolaborasi di kawasan ini.”
Kami berusaha untuk menyatukan komunitas yang beragam melalui program kolaboratif dan relasional yang mendorong rasa saling menghormati dan memperkuat ikatan dan kepercayaan untuk kebaikan umat manusia. Inilah mengapa kami memperingati 30 tahun SIF dengan menyelenggarakan konferensi yang menyoroti pentingnya membangun hubungan antar-warga. Kami berharap akan ada lebih banyak masyarakat dan teman-teman Singapura yang mendukung pekerjaan yang kami lakukan,” tambahnya. (RO/A-1)
Eni Joe mengenakan kain nusantara yang ia ciptakan menjadi gaun-gaun indah dalam berbagai acara yang diselenggarakan di Singapura.
Resto Little Red Dot menawarkan sejumlah sajian populer khas 'Negeri Singa', seperti chili crab, hainanese chicken, hingga bakso ikan ekor kuning atau fishball noodle.
Tahun depan juga akan terus (ekspansi), bertahan minimal 60 outlet untuk terus bisa buka
Berlokasi di lantai 55 Hotel Tower 1, restoran ini akan menjadi restoran fine dining Kanton tertinggi di Singapura, menghadirkan pemandangan spektakuler.
Jepang menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan Indonesia, dengan 33% kunjungan pada tahun lalu. Singapura (31%) menyusul di tempat kedua.
Dirancang eksklusif untuk Singapore Cable Car, Kabin SkyOrb menjadi kabin kereta gantung berbentuk sferis dengan lapisan chrome pertama di dunia.
SBM-ITB merupakan satu dari empat sekolah bisnis di Indonesia yang telah mendapat akreditasi AACBS sejak 2021
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran memerintahkan anggotanya tidak arogan dengan membawa senjata laras panjang saat melakukan konferensi pers pengungkapan kasus.
Konferensi itu dilaksanakan sebagai ajang bertemu dan diskusi para ahli air dunia dengan para pengambil kebijakan di kota-kota besar (megacities).
Negara-negara Asia kini sangat aktif dalam membentuk norma-norma hukum internasional.
Direktur Eksekutif Sekretariat APEC, Rebecca Fatima Sta Maria, mengatakan keselamatan dan kesejahteraan Cile dan ekonomi anggota adalah prioritas utama APEC
Hal tersebut dilakukan untuk mendorong hubungan yang lebih baik dengan pemerintah, sekaligus meningkatkan citra dalam isu keamanan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved