Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Setahun Paska Penguncian Wilayah di Wuhan

Nur Aivanni
23/1/2021 18:00
Setahun Paska Penguncian Wilayah di Wuhan
Ilustrasi - Seorang perempuan dan anak mengenakan masker.(AFP/NICOLAS ASFOURI )

TEPAT satu tahun setelah kata 'lockdown' dimasukkan ke dalam percakapan global, Wuhan melewati peringatan pada Sabtu dengan campuran rasa bangga karena keluar dari cengkeraman covid-19 dan kewaspadaan atas kemungkinan terulang kembali.

Setahun yang lalu, Wuhan mengejutkan dunia dengan mengurung 11 juta warganya yang cemas di rumah mereka. Kota itu memulai penguncian wilayah selama 76 hari. Pada jam 10 pagi hari itu, angkutan umum ditutup dan dilarang keluar kota itu tanpa izin khusus. Keheningan yang menakutkan pun menghinggapi.

Baca juga: PM Inggris Sebut Varian Baru Virus Korona Mungkin Lebih Mematikan

Satu per satu, daerah yang berdekatan di Provinsi Hubei yang terpukul parah dengan cepat mengikutinya, begitu pula pemerintah di seluruh dunia saat virus korona menyebar secara global.

Sementara perjuangan menghadapi pandemi masih terus berlanjut, Wuhan saat ini tidak seperti kota hantu yang terkunci tahun lalu. Lalu lintas padat, trotoar pun ramai dan warga memadati transportasi umum dan taman.

"Saya ketakutan tahun lalu tetapi banyak hal telah membaik sejak wabah telah dikendalikan," kata seorang laki-laki berusia 20-an yang hanya menyebut nama keluarganya Wang. Tanpa mengenakan masker, dia salah satu dari banyak orang yang berolahraga di sepanjang Tepi Sungai Yangtze di Wuhan pada Sabtu. "Hidup seperti dulu sekarang," katanya.

Tetapi ingatan tentang cobaan berat Wuhan tetap segar, terutama ketika klaster covid-19 yang terlokalisasi berkembang biak di seluruh Tiongkok, yang mendorong pengujian massal di Beijing dan menargetkan penguncian wilayah di daerah lain.

Huang Genben, 76, menghabiskan 67 hari di rumah sakit saat melawan covid-19 tahun lalu. "Ketika saya memejamkan mata di malam hari, saya tidak tahu apakah saya akan membukanya lagi," kata Huang kepada AFP.

Seperti banyak warga Tiongkok lainnya, dia mengungkapkan kebanggaan atas upaya besar yang dilakukan oleh pemerintah dan warga Tiongkok untuk mengatasi pandemi, yang dicontohkan oleh Wuhan.

Virus itu telah menewaskan sedikitnya dua juta orang secara global. Di Tiongkok, pihak berwenang telah melaporkan kurang dari 5.000 kematian akibat virus itu, sebagian besar dari Wuhan pada awal pandemi.

Pemandangan yang santai terlihat pada Sabtu dengan penari lansia berputar-putar di taman. Situasi tersebut kontras dengan penguncian bergulir, tingkat kematian yang melonjak, dan rumah sakit yang kewalahan di negara lain.

"Kami dapat mengatakan dari hasil bahwa kebijakan pemerintah benar, kerja sama warga (Wuhan) benar. Saya merasa sakit melihat wabah di seluruh dunia," kata Huang.

Baca juga: Belajar Penanganan Covid-19 dari Jepang, Singapura, dan Nigeria

Peringatan itu hampir tidak diakui di Tiongkok pada Sabtu pagi. Tanpa pernyataan awal dari pemerintah dan sedikit disebutkan di media. Sebuah komentar di Beijing News menyatakan perasaan campur aduk, memuji penguncian wilayah yang agresif sebagai model bagi dunia dan ancaman virus yang terus-menerus.

"Kita tidak boleh kehilangan hasil yang diperoleh dengan susah payah karena kelalaian dan tidak boleh membiarkan wabah itu muncul kembali," katanya. (AFP/OL-6)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya