Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
FAKULTAS Kedokteran Universitas Chulalongkorn di Bangkok, Thailand mengembangkan vaksin covid-19 lokal bernama ChulaCov19.
Pengembangan ini melengkapi upaya pemerintah Thailand dalam mendapatkan lebih banyak vaksin dari berbagai sumber guna melawan pandemi covid-19.
Saat ini para ilmuwan medis tengah mempersiapkan uji klinis pertama ChulaCov19. Pada April mendatang, mereka diperkirakan dapat menyuntik 72 sukarelawan berusia antara 18-75 tahun dengan vaksin tersebut.
“Kami akan menyuntikkan sukarelawan pertama kami pada bulan April, mungkin sekitar akhir bulan. Dalam dua bulan, kita harus mengetahui hasil Tahap 1, yang akan menunjukkan dosis yang tepat," kata Profesor Kedokteran dan Direktur Pusat Penelitian Vaksin Universitas Chulalongkorn, Kiat Ruxrungtham.
ChulaCov19 menggunakan Messenger RNA atau mRNA, yang memungkinkan tubuh menghasilkan protein yang memicu respons imun terhadap virus. Teknologi tersebut digunakan oleh perusahaan farmasi terkemuka seperti Moderna, Pfizer dan BioNTech dalam membuat vaksin.
“Kami memilih mRNA karena kami yakin ini adalah teknologi masa depan. Juga telah dibuktikan bahwa teknologi ini berkembang paling cepat dan melaporkan kemanjuran 94 persen hingga 95 persen pada manusia, yang merupakan tingkat tertinggi,” jelasnya.
Timnya berharap dapat menyelesaikan tahap 1 pada Juni. Mereka kemudian akan melanjutkan ke tahap 2 dan tahap 2B dengan masing-masing 600 dan 5.000 sukarelawan. Jika semua berjalan sesuai rencana, ChulaCov19 dapat diproduksi di Thailand pada akhir tahun ini.
“Kami melakukan dua hal secara paralel. Kami menyewa pabrik di luar negeri untuk memproduksi vaksin untuk pengujian pada relawan dan pada saat yang sama menyiapkan pabrik di Thailand untuk diproduksi pada akhir tahun ini,” tuturnya.
Menurut Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha, sejauh ini Thailand telah memesan 28 juta dosis vaksin covid-19 dari dua produsen asing.
2 juta dosis pertama akan disuplai oleh Sinovac Biotech Tiongkok antara Februari dan April. Sementara 26 juta dosis lain akan disediakan oleh AstraZeneca-Oxford untuk mengimunisasi lebih banyak orang di bulan Juni.
“Pemerintah sudah memesan 26 juta dosis untuk 13 juta orang di kelompok berisiko dulu. Kami juga telah meminta untuk membeli 35 juta lebih dosis untuk mencakup lebih banyak orang, "kata perdana menteri dalam sebuah posting Facebook pada 15 Januari.
“Untuk menghentikan penyebaran, setidaknya 50 persen penduduk harus divaksinasi, atau bahkan lebih baik, 70 persen. Untuk memvaksinasi 50 persen dari populasi atau 33 juta orang misalnya, kita membutuhkan 66 juta dosis,” tambahnya.
Ke depan, pemerintah menargetkan untuk mengamankan 63 juta dosis vaksin covid-19 dari Sinovac Biotech dan AstraZeneca-Oxford dalam tahun ini. Program tersebut mendukung pembuatan vaksin lokal Thailand melalui transfer teknologi ke perusahaan farmasi milik kerajaan Siam Bioscience, yang akan memproduksi 200 juta dosis vaksin anti-COVID19 AstraZeneca-Oxford per tahun untuk Thailand dan negara lain. (CNA/OL-8)
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Seiring dengan merebaknya kasus mpox, muncul banyak spekulasi yang menghubungkannya dengan vaksin covid-19.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved