Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PARA pemimpin Afrika Barat yang tergabung dalam blok ECOWAS menyerukan agar 31 anggota parlemen Mali mundur dari jabatan mereka. Pasalnya, mereka dinilai menjadi pemicu krisis politik di negara itu sekaligus mempersulit upaya pembentukan pemerintahan yang baru.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan virtual, Senin (27/7), 15 kepala negara mengeluarkan 4 poin penting untuk menyelesaikan konflik Mali. Salah satunya adalah seruan pengunduran diri para anggota parlemen tersebut.
Blok itu juga menyerukan untuk segera dibentuk dengan cepat pemerintahan baru. Mereka pun mendesak pihak oposisi untuk bergabung dengan pemerintahan baru.
Baca juga: Warga Darfur Jadi Target Serangan
Terkait tuntutan demonstran yang meminta Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita berhenti, blok itu justru mempertahankannya. Menurut ECOWAS, konstitusi demokrasi Mali harus dihormati.
"(Blok) mempertimbangkan sanksi terhadap semua orang yang bertindak bertentangan dengan proses normalisasi krisis," tulis pernyataan bersama itu.
Selain itu, juga termasuk tuntutan mengadakan pemilihan baru untuk 31 kursi parlemen. Menurut blok, putusan pengadilan yang mendukung partai Keita dinilai sudah tepat.
Sebelumnya, perselisihan hasil pemilihan lokal dan kerugian tentara untuk jihadis serta pemerintah yang korup menyebabkan puluhan ribu orang turun ke jalan, selama beberapa pekan terakhir. Hal itu memicu bentrokan dengan polisi yang kemudian dikonfirmasi PBB setidaknya 14 pengunjuk rasa tewas dalam bulan ini.
Meski demikian, pihak oposisi, yang disebut M5-RFP mengatakan tidak akan berhenti sebelum Keita mundur.
Tetapi, pemimpin ECOWAS justru tidak setuju dengan seruan oposisi itu. Sebaliknya, mereka menuntut pembentukan pemerintahan baru dan menyerukan oposisi untuk menjadi bagian dari pemerintahan tersebut. (France24/OL-1)
Seorang komandan dari kelompok tentara bayaran Rusia, yang kini dikenal sebagai Africa Corps, tewas di Mali setelah serangan pemberontak selama badai pasir.
Agen intelijen militer Ukraina mengklaim terlibat dalam penyergapan yang menewaskan petempur dari kelompok Wagner Rusia di Mali, ribuan mil dari garis depan di Ukraina.
Pantai Gading mencapai semifinal setelah melalui pertandingan dramatis melawan Mali.
SEBANYAK 64 orang tewas terdiri atas 49 warga sipil dan 15 tentara, ketika kelompok ekstremis menyerang sebuah kapal dan kamp militer di Mali pada Kamis (7/9).
Rusia menggunakan hak veto menolak usulan PBB memperpanjang sanksi kepada Mali yang dikelola secara militer.
Setiap intervensi militer terhadap Niger akan dianggap sebagai deklarasi perang terhadap Burkina Faso dan Mali.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved