Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Belajar dari Jerman: Covid-19 tidak Pernah Diremehkan

Nur Aivanni
30/5/2020 16:45
Belajar dari Jerman: Covid-19 tidak Pernah Diremehkan
Seorang karyawan mengenakan masker dan menyemprotkan cairan disinfektan ke pelanggan di taman hiburan di Jerman, Jumat (29/5)(AFP)

DUTA Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, menyampaikan bahwa ada sejumlah hal yang bisa dipelajari dari cara pemerintah Jerman menangani pandemi Covid-19.

Arif mengatakan Jerman mengambil kebijakan dengan cepat saat kasus infeksi virus korona pertama kali terdeteksi pada 27 Januari. Saat itu juga, tim krisis penanganan Covid-19 dibentuk.

Baca juga: Kematian Akibat Covid-19 di Italia Meningkat Lagi

Penanganan Covid-19 pun tidak diremehkan oleh pimpinan tertinggi di Jerman, seperti yang terjadi di negara lain. Kebijakan lockdown pun diambil dengan cepat pada 13 Maret ketika kasus infeksi meningkat.

"Tapi tidak semuanya ditutup, ada beberapa aspek kehidupan bisnis dan sosial yang masih buka, yaitu toko makanan, supermarket, restoran hanya boleh take away," katanya dalam keterangan resminya melalui akun YouTube BNPB Indonesia, Sabtu (30/5).

Juga, sambungnya, rumah sakit, klinik, apotek, bisnis logistik, dan bahkan konstruksi bangunan tetap beroperasi.

Selain cepat, sambung Arif, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Jerman juga tegas. "Kebijakannya tegas dimana dilakukan implementasi kebijakan hingga ke lapangan," katanya.

Dan, lanjutnya, kebijakan yang dikeluarkan Jerman juga jelas sehingga masyarakat bisa menerapkannya secara langsung sehingga itu kemudian membuat disiplin masyarakat yang tinggi.

Di samping itu, adanya kesamaan kebijakan antara pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian di Jerman juga menjadi kunci dalam penanganan Covid-19. "Kebijakan yang diambil sangat koordinatif antara pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian," kata Arif.

Terkait pertimbangan antara kepentingan kesehatan dan ekonomi, kebijakan yang diambil Jerman di bidang ekonomi cukup masif, seperti menyiapkan dana stabilisasi sebesar 600 miliar euro dan bantuan untuk UMKM sebesar 165 miliar euro.

Dan faktor penentu lainnya, lanjut dia, adalah kesiapan infrastruktur kesehatan di Jerman. Jerman memiliki 2.000 rumah sakit, 28 ribu tempat tidur ICU dan 35 ribu ventilator.

Di Jerman, dana riset vaksin sudah mencapai 3,5 miliar euro. Pada 23 April, uji klinis vaksin virus korona pada manusia sudah dilakukan. Dan awal Juni diharapkan sudah ada pengumuman terkait hasil uji klinis tersebut.

Kondisi terakhir kasus infeksi di Jerman tercatat ada 180 ribu dengan 164 ribu orang telah sembuh. Angka kesembuhan di Jerman mencapai 82%. Sementara, jumlah kematian sebanyak 8.450 orang atau sekitar 4% dari total warga yang terinfeksi.

"Angka 4% ini angka yang sangat rendah di Eropa dibandingkan Belgia 16%, Prancis 14%, Italia 13%, Spanyol 10%," jelasnya. Total tes yang dilakukan di Jerman pun mencapai 4 juta. Itu adalah peringkat ketiga terbesar di dunia setelah AS dan Rusia.

Dua minggu setelah lockdown, kata Arif, jumlah warga di Jerman yang terinfeksi mencapai 100 ribu orang. Namun, pada 28 April, sebulan setelah penerapan lockdown diberlakukan, jumlahnya menurun mencapai angka 50 orang per 100 ribu orang. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya