Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Anggota Parlemen AS Serukan Sanksi Baru untuk Putin

Haufan Hasyim Salengke
12/5/2020 16:23
Anggota Parlemen AS Serukan Sanksi Baru untuk Putin
Pendukung oposisi mengibarkan bendera Rusia untuk mengenang tewasnya Boris Nemtsov di Kota Moskow pada 29 Februari 2020.(AFP)

KETUA dan politikus Partai Republik terkemuka di Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, Eliot Engel, memperkenalkan resolusi bipartisan (RUU) yang menyerukan sanksi baru terhadap pemerintah Rusia atas dugaan pelanggaran hak-hak asasi pada Senin (11/5) waktu setempat. 

RUU itu menyerukan Moskow untuk segera membebaskan tahanan politik, mengutuk praktik pemenjaraan lawan politik, dan mendesak pemerintah Trump untuk menjatuhkan sanksi bagi pejabat pemerintah Rusia yang dianggap bertanggung jawab.

Baca juga:Korsel Kembali Waspada terkait Penyebaran Infeksi dari Klub

“Vladimir Putin adalah otoriter yang kejam dengan catatan panjang dalam membungkam kebebasan sipil, termasuk kebebasan pers, kebebasan berbicara, oposisi politik, dan demokrasi,” kata Ketua Komite DPR urusan luar negeri, Eliot Engel, dalam sebuah pernyataan.

“Kita hanya perlu melihat pembunuhan dengan kekerasan terhadap kritikus Putin, Boris Nemtsov, untuk melihat bagaimana Putin secara brutal menekan orang-orang yang berbicara menentangnya,” imbuhnya.

Nemtsov, seorang kritikus Presiden Putin yang teguh, ambruk ditembak tiga kali di bagian belakang saat melintasi jembatan di Moskow pada 2015. Orang atau dalang yang memerintahkan pembunuhan belum diidentifikasi hingga saat ini.

Michael McCaul, anggota komite terkemuka, menyebut satu hal yang paling ditakuti Putin adalah kebenaran.

Baca juga:India Isyaratkan Pelonggaran Lockdown Ketika Infeksi Melonjak

"Jika Vladimir Putin benar-benar percaya pada kemampuannya dalam memerintah, dia akan mendorong pers independen, menyambut demonstrasi publik, dan memperjuangkan pemilihan umum yang bebas dan adil. Sayangnya, rezimnya terlalu sibuk berusaha menyembunyikan banyak kegagalannya," ujarnya. (AA/Hym/A-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya