Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SETIAP malam di Spanyol sejak diberlakukan siaga wabah virus korona tipe baru atau Covid-19 diputuskan pemerintah pada 14 Maret, warga sempat memberi pujian kepada para tenaga medis yang berjuang menangani pasien Covid-19.
Ternyata perjuangan tenaga medis tak mampu mengatasi pandemi Covid-19 yang menginfeksi secara cepat terhadap masyarakat Spanyol. Bahkan pada Jumat (27/3), jumlah kematian per hari sangat mengerikan dan mencapai 769 orang. Dengan cepat pertambahan korban meninggal, korban meninggal akibat Covid-19 di 'Negeri Matador' telah mendekati 5.000 orang.
Kasus terbaru terkait dengan infeksi Covid-19 mengalami penurunan per harinya. Jika pada Kamis (26/3) tercatat 8.578 kasus, menurun pada Jumat (27/3) menjadi 7.871 kasus. Namun dua catatan jauh lebih buruk jika dibandingan sepekan sebelumnya yang hanya 2.833 kasus baru.
Fakta mengerikan lainnya adalah jika dibandingkan dengan Italia yang memiliki catatan 8% dari tenaga medis yang terinfeksi, justru hingga Jumat (27/3) Spanyol memiliki angka lebih tinggi mencapai 16,5%.
Kenapa penyebaran virus korona di Spanyol lebih cepat? Ternyata jawabanya adalah multi faktor. Alasan yang kuat yang digembar-gemborkan media di Spanyol adalah sumber daya pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak memadai dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Namun kalangan akademisi di negara tersebut menyatakan bukan hanya soal minim sumber daya tenaga medis namun beberapa faktor lainnya.
"Baru-baru ini pada Rabu lalu (25/3), Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Eropa menunjukkan bahwa dampak Covid-19 tergantung pada tingkat kesiapan suatu negara dan kemampuannya untuk menerapkan aksi yang cepat dalam pencegahan," Silvia Carlos Chilleron, seorang profesor di departemen Kesehatan Masyarakat dan Pengobatan Pencegahan di Universitas Navarra, saat diwawancari Al Jazeera
Chilleron menegaskan bahwa penyebaran wabah Covid-19 yang cepat tetapi sumber daya manusia bidang kesehatan dan peralatan bukanlah jaminan. Namun persoalannya justru para tenaga profesional medis adalah kelompok yang terkena dampak serangan wabah Covid-19.
Pada Rabu (25/3), tidaklah mengheranlan jika Konfederasi Serikat Medis Negara Konfederasi Spanyol (CESM) menuntut ke Mahkamah Agung setempat mendesak Kementerian Kesehatan Spanyol untuk menyediakan peralatan pelindung diri dengan jumlah cukup sesegera mungkin.
Bahkan CESM menilai Kementerian Kesehatan Spanyol telah gagal memberi perlindungan yang memadai kepada para tenaga medis yang sangat berisiko terpapar virus korona dari pasien positif Covid-19.
"Masyarakat ada umumnya mematuhi lockdown dan berusaha tak datang ke rumah sakit dengan penyakit ringan dan itu bisa mengurangi penularan," kata seorang dokter dari sebuah rumah sakit di wilayah selatan Spanyol.
"Tetapi ada kekurangan bahan sanitasi di rumah sakit untuk krisis semacam ini, yang melipatgandakan kemungkinan staf kesehatan terinfeksi dan itu akan menjadi faktor yang sangat besar," jelasnya. (AFP/Aljazeera/OL-09)
Pemerintah Spanyol menambah 500 pemadam kebakaran, menjadi total 1.900 orang untuk mengatasi kebakaran hutan. Korban jiwa bertambah menjadi empat orang.
Uni Eropa mengirimkan dua pesawat pemadam kebakaran ke Spanyol untuk membantu memadamkan kebakaran hutan.
Badan Keamanan dan Situasi Darurat Wilayah Otonomi Madrid menyatakan 180 orang dievakuasi akibat kebakaran hutan tersebut.
Lebih dari seribu orang dievakuasi di Spanyol akibat kebakaran hutan yang terus meluas.
Pemerintah Kota Jumilla di Spanyol melarang umat Muslim menggunakan fasilitas umum untuk Idul Fitri dan Idul Adha. Kebijakan ini menuai kecaman luas.
Jerman dan Spanyol mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, meskibelum cukup mengatasi krisis.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved