MANTAN Presiden Kenya, Daniel arap Moi, kemarin, meninggal di usia 95 tahun. Moi memerintah Kenya dengan tangan besi selama 24 tahun, yaitu di periode 1978-2002. Ia meninggal pada pagi hari di Rumah Sakit Nairobi di hadapan keluarganya.
"Dengan kesedihan yang mendalam, saya mengumumkan meninggalnya seorang pria hebat dari negara Afrika," kata Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta.
Kenyatta pun memerintahkan untuk masa berkabung nasional sampai pemakaman kenegaraan diadakan pada tanggal yang belum diumumkan.
Pembicara Majelis Nasional Kenya, Justin Muturi, mengatakan lewat cicitan di Twitter bahwa Moi merupakan 'politikus yang cerdik' yang menggunakan nasionalisme pragmatis untuk menjaga negara selama 24 tahun memimpin Kenya.
"Dia akan dikenang karena upaya besarnya untuk mengonsolidasikan perdamaian dan ketenteraman di Kenya dan sebagian besar wilayah Afrika Timur pada waktu yang sulit bagi wilayah tersebut dan benua Afrika," kata Muturi.
Otoriter
Moi mulai berkuasa setelah menggantikan presiden pertama Kenya, Jomo Kenyatta.
Di masa pemerintahan Moi, Kenya ialah negara dengan sistem satu partai, yang mana suara-suara kritis dihancurkan, korupsi menjangkit, dan terjadi perpecahan suku.
Target penindasannya antara lain aktivis lingkungan dan HAM, termasuk penulis Ngugi wa Thiong'o dan pemenang Nobel Perdamaian Wangari Maathai.
Salah satu skandal di masa kepresidenan Moi ialah hilangnya US$1 miliar dari bank sentral melalui penipuan ekspor emas dan berlian.
Sebuah laporan oleh kelompok konsultan risiko berbasis di Inggris, Kroll, pada 2007, mengklaim keluarga dan kelompok Moi mencuci uang dalam skala global, yakni membeli properti di London, New York, dan Afrika Selatan, serta peternakan seluas 10.000 hektare di Australia.
Terlepas dari itu, Moi dipuji karena mampu mempertahankan Kenya sebagai negara yang damai selama masa kacau balau di Afrika Timur, yaitu genosida di Rwanda serta perang saudara di Burundi dan Somalia.
Selain itu, kembalinya pemilihan dari satu partai ke multipartai pada 1992 dan penyerahan kekuasaan secara damai ke oposisi, Mwai Kibaki, pada 2002, juga diapresiasi.
Mantan lawan politik Moi, Raila Odinga, yang pernah dipenjara bertahun-tahun, menyebut karier Moi bernuansa baik dan buruk. Namun, ia memuji Moi yang melakukan reformasi politik. (AFP/Nur/X-11)