Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Bersitegang dengan AS, Duterte Enggan Hadiri Pertemuan AS-ASEAN

Rifaldi Putra Irianto
30/1/2020 18:23
Bersitegang dengan AS, Duterte Enggan Hadiri Pertemuan AS-ASEAN
Seorang aktivis HAM mengenakan topeng bergambar Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dalam aksi unjuk rasa di Manila.( Maria Tan/AFP)

PRESIDEN Filipina, Rodrigo Duterte, berencana absen dalam pertemuan puncak Amerika Serikat (AS)-ASEAN, yang dijadwalkan berlangsung Maret mendatang. Aspek strategis dan geopolitik menjadi alasan Duterte untuk melewatkan pertemuan tersebut.

Duterte menekankan dirinya tengah "memperkecil" hubungan Filipina dengan sekutunya, dengan melarang anggota kabinet bepergian ke AS. "Tidak ada anggota kabinet diizinkan pergi ke AS, kecuali menteri luar negeri," pungkasnya.

"Aku tidak akan membiarkan anggota kabinet pergi ke AS saat ini," imbuh Duterte.

Sejak menjadi Presiden Filipina pada 2016, Duterte berulangkali mengancam akan memecah aliansi ASEAN dengan AS. Dalam hal ini, dia berupaya mempererat hubungan dengan Tiongkok.

Perselisihan disebabkan sikap Senat AS, yang mengeluarkan resolusi mencari sanksi terhadap pejabat Filipina yang terlibat dalam perang narkoba. Berikut, penahanan Leila De Lima, seorang kritikus Duterte yang dipenjara karena tuduhan narkoba.

Baca juga: Filipina Ancam Perketat Persyaratan Visa bagi Warga AS

"Kami tidak akan tinggal diam, jika mereka menganggu kami sebagai negara berdaulat," ujar juru bicara kepresidenan Filipina, Salvador Panelo, pada Desember lalu.

AS kemudian membatalkan visa Senator Ronald dela Rosa, mantan kepala kepolisian Filipina, yang menggencarkan perlawanan keras terhadap peredaran narkoba, yang merenggut nyawa 5.000 orang.

Sebagai tanggapan, pekan lalu Duterte mengancam akan mengakhiri perjanjian pasukan kunjungan (VFA) dengan AS, yang ditandatangani pada 1998. Kesepakatan itu mengatur kunjungan tentara AS di Filipina untuk latihan militer dan operasi kemanusiaan.

Diketahui, AS merupakan sekutu pertahanan terbesar Filipina dan sumber utama pengaruh Barat. Jutaan warga Filipina memiliki kerabat yang merupakan warga negara AS. Namun, Duterte menegaskan kembali niatnya untuk mengakhiri VFA.

"Aku tidak bercanda. Hari di mana saya mengatakan itu adalah hari di mana saya memutuskan itu harus diakhiri," pungkas dia.(South China Morning Post/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya