Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
TIM yang mencakup 29 peneliti melaporkan karakteristik epidemiologis, klinis, laboratorium dan radiologis serta pengobatan dan hasil klinis pasien yang terjangkit virus korona yang berasal dari Wuhan, Tiongkok.
Kasus penyakit pneumonia yang menggemparkan Wuhan disebabkan novel coronavirus, virus korona baru atau 2019-nCoV. Sindrom gagal napas akut (ARDS) dan syok didefinisikan sesuai pedoman sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk virus korona.
Pada 2 Januari 2020, sebanyak 41 pasien dirawat di rumah sakit telah diidentifikasi memiliki infeksi 2019-nCoV yang dikonfirmasi laboratorium. Sebagian besar pasien yang terinfeksi adalah laki-laki, yakni 30 orang (73% dari 41). Kurang dari setengahnya memiliki penyakit yang mendasarinya (13 orang atau 32%), termasuk diabetes (8 orang atau 20%)), hipertensi (6 orang atau 15%) dan penyakit kardiovaskular (6 orang atau 15%).
Usia rata-rata pasien adalah 49 tahun (IQR 41–58). Kemudian, 27 dari 41 pasien terpapar makanan laut Pasar Huanan. Satu kluster keluarga ditemukan. Gejala umum pada awal penyakit adalah demam (40 atau 98% dari 41 pasien), batuk (31 atau 76%) dan myalgia atau kelelahan (18 atau 44%). Gejala yang kurang umum adalah produksi dahak (11 orang dari 39 pasien), sakit kepala (3 orang dari 38 pasien), hemoptisis (2 orang dari 39 pasien), dan diare (1 orang dari 38 pasien).
Baca juga: Ada Dugaan Virus Korona di Wuhan Dari Sup Kelelawar
Sementara itu, gejala dyspnoea (sesak nafas) berkembang pada 22 orang dari 40 pasien. Sebanyak 26 orang dari 41 pasien menderita limfopenia. Sebanyak 41 pasien memiliki pneumonia dengan temuan abnormal pada CT (Computed Tomography) scan dada. Komplikasi termasuk sindrom gangguan pernapasan akut (12 pasien atau 29%), RNAaemia (6 pasien atau 15%), cedera jantung akut (lima pasien atau 12%), dan infeksi sekunder (4 pasien atau 10%). Sekitar 13 pasien dirawat di ICU dan 6 pasien meninggal dunia. Dibandingkan pasien non-ICU, pasien ICU memiliki kadar plasma IL2, IL7, IL10, GSCF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNF yang lebih tinggi.
Interpretasi
Infeksi 2019-nCoV menyebabkan cluster penyakit pernapasan parah mirip dengan virus korona sindrom pernafasan akut parah (SARS).
“Kesenjangan utama dalam pengetahuan kami tentang asal, epidemiologi, durasi penularan manusia dan spektrum klinis penyakit perlu disempurnakan oleh penelitian di masa depan,” ujar tim peneliti dalam laporan mereka.
Meskipun sebagian besar infeksi virus korona pada manusia relatif ringan, epidemi kedua betacoronaviruses, SARS-CoV dan virus korona sindrom pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV), telah menyebabkan lebih dari 10.000 kasus kumulatif dalam dua dekade terakhir. Itu dengan tingkat kematian 10% untuk SARS-CoV dan 37% untuk MERS-CoV.
Pasien yang terinfeksi 2019-nCoV berpotensi mengalami perkembangan sindrom gangguan pernapasan akut, memiliki kemungkinan tinggi masuk ke perawatan intensif dan risiko kehilangan nyawa.
“Kami berharap temuan penelitian kami akan menginformasikan masyarakat global tentang kemunculan novel coronavirus ini dan fitur klinisnya," lanjut laporan tersebut.
Hasil
Gejala pasien pertama yang teridentifikasi pada 1 Desember 2019. Sebagai informasi, tidak ada anggota keluarganya mengalami demam atau gejala pernapasan. Pun, tidak ada hubungan epidemiologis yang ditemukan antara pasien pertama dan kasus selanjutnya.
Pasien dari kasus fatal pertama dirawat di rumah sakit karena riwayat demam selama tujuh hari, batuk dan dyspnoea. Lima hari setelah timbulnya penyakit, sang istri, yang tidak memiliki riwayat ke pasar, juga menderita pneumonia dan dirawat di ruang isolasi sebuah rumah sakit.
Dana penelitian ini berasal dari Kementerian Sains dan Teknologi, Chinese Academy of Medical Sciences, National Natural Science Foundation of China, dan Beijing Municipal Science and Technology Commission.(The Lancet/OL-11)
Penyidik sudah tiga kali memanggil Riza Chalid untuk diperiksa dalam perkara ini, namun tidak dipenuhi.
Menko Kumhamipas Yusril Ihza Mahendra mengatakan proses ekstradisi tersangka kasus e-KTP, Paulus Tannos perlu waktu. Singapura menganut hukum anglo saxon, berbeda dengan Indonesia
PERSIDANGAN ekstradisi buron dalam kasus dugaan korupsi proyek KTP-E, Paulus Tannos alias Tjhin Thian Po, belum menghasilkan putusan.
Suryopratomo mengatakan, perlawanan Tannos membuat proses ekstradisi tidak akan berjalan cepat. Sidang dimulai lagi dengan agenda mendengarkan saksi dari kubu Tannos, pada 7 Juli 2025.
Jika mengacu pada jadwal persidangan, Supratman memperkirakan m pada 25 Juni seharusnya sudah keluar hasil putusan sidang.
Percepatan pemulangan Tannos itu merupakan komitmen perjanjian ekstradisi yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia dan Singapura.
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved