Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
FACEBOOK Inc menyatakan akan menghapus video manipulasi dari platform mereka, kecuali konten parodi dan satir, menjelang Pemilu Presiden Amerika Serikat yang dijadwalkan digelar November 2020.
"Kebijakan ini tidak berlaku untuk konten bermuatan parodi atau satir, atau video yang diedit untuk menhilangkan atau mengubah urutan kata," kata Facebook, dikutip dari Reuters, Selasa (7/1).
Baca juga: Awan Kebakaran Australia Terlihat Hingga Cile dan Argentina
Facebook akan menghapus konten yang menggunakan teknologi, misalnya kecerdasan buatan, yang "menggabungkan, mengganti atau melebihkan konten dalam sebuah video dan membuatnya seolah asli".
Politikus mengkritik Facebook karena kebijakan konten mereka. Partai Demokrat AS memprotes platform tersebut karena tidak mengecek fakta terkait iklan politik.
Sementara Partai Republik menuduh Facebook melakukan diskriminasi terhadap aliran konservatif, namun hal itu sudah dibantah oleh Facebook.
Terkait aturan tersebut, Facebook menyatakan tidak akan menghapus video hasil edit politikus Nancy Pelosi yang seolah-olah salah berbicara.
Baca juga: Kunjungi Sukajaya, Presiden: Kita Upayakan Semua Akses Terbuka
"Video tentang Pelosi tidak memenuhi syarat kebijakan ini dan tidak akan dihapus. Hanya video yang dibuat oleh kecerdasan buatan yang menggambarkan orang yang mengatakan sesuatu yang tidak benar, akan diturunkan," kata Facebook.
Menjelang Pemilu pada November 2020, platform media sosial ditekan agar mereka menghapus video deepfake (manipulasi), yang menggunakan kecerdasan buatan sehingga seolah-olah seseorang mengatakan sesuatu, padahal sebenarnya tidak". (Ant/OL-6)
Juru bicara Google, Selasa (30/6), mengatakan lembaga nirlaba Tech Transparency Project masih menemukan iklan-iklan yang melanggar kebijakan mereka.
Kebijakan larangan yang potensial diterapkan itu sedang dibahas, namun belum sepenuhnya diselesaikan.
Rusia, Tiongkok dan Iran telah mulai memengaruhi pemilihan presiden AS yang akan digelar November 2020. Rusia pro Putin, Beijing pro Biden dan Iran akan bermain di antara keduanya.
RUSIA mendukung Donald Trump, Tiongkok mendukung Joe Biden, dan Iran sedang berusaha untuk menabur kekacauan dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat.
Facebook mengatakan jaringan itu juga terkait dengan aktor yang terkait dengan campur tangan di pemilu AS sebelumnya
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved