Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Serunya Tumpengan di Sela Konvensi Perubahan Iklim di Madrid

Thalatie K. Yani, laporan dari Spanyol
04/12/2019 20:53
Serunya Tumpengan di Sela Konvensi Perubahan Iklim di Madrid
Tumpengen nasi kuning di Pavilion Indonesia di arena UNFCC di Madrid, Spanyol(MI/Thalatie K. Yani)

SUASANA Pavilion Indonesia di ajang Konvensi Perubahan Iklim UNFCCC COP 25 di Feria de Madrid, Spanyol mendadak semarak, Rabu (4/12). Sejumlah orang tampak menyemut membentuk antrian ke arah Pavilion Indonesia.

Antrian itu disebabkan hadirnya tumpeng nasi kuning lengkap dengan lauk-pauknya yang menarik perharian pengunjung. Sophie Zaza, perempuan asal Libanon yang merupakan perwakilan dari Legal Consultant for High Investment Bussiness, mengaku ikut antri karena penasaran dengan cita rasa masakan Indonesia.

“Nice, ini pertama kali makan makanan Indonesia. Rasanya enak dan sedikit pedas,” ujar Zaza kepada Media Indonesia.

Zaza memilih urap, perkedel, telur, dan ayam untuk lauk nasi kuningnya, tidak terlupakan rempeyek kacang hijau. Menurutnya rasanya cukup unik. “Enak ini, renyah,” ujar Zaza sambil mencoba rempeyek.

Senada dengan Zaza, Jandira Narciso mengaku suka dengan rasa nasi kuning yang ia makan. Tidak semata makanannya, perempuan yang berasal dari delegasi Angola ini menyukai dekorasi dari Pavilion Indonesia yang unik. Tidak hanya tampilan luar, tapi juga tampilan dalam pavilion.

Baca juga : Indonesia Sambut Baik Rencana Blue COP

Pavilion didesain dengan enam kain batik yang digantung untuk menjadi latar panggung diskusi.

“Saya suka dengan dekorasinya, bahkan di dalam saya lihat (bagus). Saya suka payungnya,” ujar Jandira sambil menunjuk payung kertas asal Jawa Barat yang digantung disela selasar pavilion.

Tidak hanya disajikan dengan nasi kuning, pengunjung sempat dihibur musik dan tarian tradisional Indonesia.

Pada kesempatan itu penari asal Bali Gede Putra Witsen menampilkan tarian kolaborasi baris dengan topeng monyet, yang menggabungkan tarian bali dengan tarian dari daerah lain.

Tarian itu menceritakan tentang seorang kesatria yang berpergian ke hutan, saat dalam hutan, ia bertemu dengan Hanoman dan melakukan interaksi.

Tarian yang dilatari dengan musik nuansa Bali itu menarik perhatian pengunjung. Bahkan yang tidak di dalam pavilion pun mampir dan menyaksikan tarian dari layar televisi yang terpasang di sisi luar pavilion. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya