Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

PM Ethiopia Abiy Ahmed Raih Nobel Perdamaian 2019

Haufan Hasyim Salengke
11/10/2019 18:27
PM Ethiopia Abiy Ahmed Raih Nobel Perdamaian 2019
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed(AFP/Yonas Tadesse)

KOMITE Nobel Norwegia mengumumkan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, sebagai pemegang Nobel Perdamaian 2019 atas upayanya menghadirkan perdamaian internasional. Ia mengakhiri peperangan antara negaranya dan Eritrea.

"Abiy dianugerahi hadiah atas upayanya mencapai perdamaian dan kerja sama internasional," ujar Komite, Jumat (11/10).

Kesepakatan damai Abiy dengan Eritrea mengakhiri kebuntuan militer 20 tahun setelah perang perbatasan dua negara.medio 1998-2000

Abiy dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian ke-100 di Oslo, tempat ia akan menerima penghargaan pada Desember mendatang.

Kepala pemerintahan termuda di Afrika itu berhak membawa pulang cek senilai sembilan juta kronor Swedia atau setara sekitar Rp12,7 miliar.

Baca juga : Olga Tokarczuk dan Peter Handke Raih Nobel Sastra

Setelah menjadi perdana menteri pada April 2018, Abiy memperkenalkan reformasi besar-besaran untuk Ethiopia, mengguncang negara yang sebelumnya dikontrol ketat.

Dia membebaskan ribuan aktivis oposisi dari penjara dan membiarkan para pembangkang yang diasingkan kembali ke rumah. Yang terpenting, dia menandatangani perjanjian damai dengan Eritrea.

"Abiy dianugerahi Hadiah Nobel atas inisiatif menentukan untuk menyelesaikan konflik perbatasan dengan negara tetangga Eritrea," kata Komite Nobel Norwegia.

"Hadiah ini juga dimaksudkan untuk mengakui semua pemangku kepentingan yang bekerja untuk perdamaian dan rekonsiliasi di Ethiopia dan di wilayah Afrika Timur dan Timur Laut," kata mereka.

Abiy lahir di Zona Jima, Ethiopia selatan pada 1976 dari seorang ayah Muslim Oromo dan ibu Kristen Amhara.

Dia memiliki beberapa gelar, termasuk gelar doktor dalam masalah perdamaian dan keamanan dari Universitas Addis Ababa dan gelar master dalam kepemimpinan transformasional dari University of Greenwich, London.

Saat remaja, ia bergabung dengan perjuangan bersenjata melawan bekas rezim Dergue dan akhirnya naik ke pangkat letnan kolonel, dengan fokus pada intelijen dan layanan komunikasi.

Pada 1995, ia bertugas sebagai penjaga perdamaian PBB di Rwanda.

Baca juga : Pengembang Baterai Litium Raih Nobel Kimia

Dia saat ini adalah kepala pemerintahan termuda di Afrika.

Selain Abiy, kepala pemerintahan sebuah negara yang pernah mendapatkan Nobel Perdamiaan ialah mantan Presiden AS Barack Obama pada 2009, karena upayanya yang luar biasa untuk memperkuat diplomasi internasional dan kerja sama antar masyaraka.

Sebanyak 301 kandidat telah dinominasikan untuk penghargaan bergengsi ini, termasuk 223 individu dan 78 organisasi.

Sebelumnya, beredar spekulasi besar tentang siapa yang akan memenangi hadiah Nobel Perdamaian 2019. Aktivis iklim Greta Thunberg secara luas dianggap sebagai favorit.

Di bawah peraturan Yayasan Nobel, daftar nominasi tidak diizinkan untuk diterbitkan selama 50 tahun, dan organisasi mengatakan spekulasi sebelum pengumuman adalah 'tebakan belaka'.(BBC/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya