Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Perang Mindset Mengancam Kawasan Indo-Pasifik

Golda Eksa
26/9/2019 13:31
Perang Mindset Mengancam Kawasan Indo-Pasifik
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu.(MI/M Irfan)

SELURUH anggota Asean diharapkan memahami upaya untuk membangun stabilitas keamanan merupakan kunci dasar dalam membangun kesejahteraan. Negara-negara di kawasan juga perlu menyatukan kesamaan cara pandang dalam melihat ancaman bersama.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu di sela acara Jakarta Geopolitical Forum III/2019: From World Disarray Toward a New Normal, di Jakarta, Kamis (26/9).

Kegiatan tersebut diprakarsai embaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia.

Ryamizard mengemukakan, saat ini perkembangan lingkungan strategis global maupun regional sangat dinamis dan demikian kompleks. Kesejahteraan pun akan sulit direalisasikan tanpa upaya membangun stabilitas keamanan.

"Ancaman yang paling berbahaya adalah ancaman mindset, yaitu perebutan pengaruh yang lebih bersifat ideologis, yang mengatasnamakan agama dan mengancam kawasan Indo-Pasifik dengan adanya konsep khilafah," ujarnya.

Tiap negara, sambung dia, tentu memiliki kepentingan strategisnya masing-masing. Kepentingan strategis negara pada hakekatnya juga memiliki tujuan yang sama, yaitu menyejahterakan rakyatnya.

Menurut dia, kawasan Indo-Pasifik telah menjadi pusat gravitasi keamanan global dan terus berevolusi menjadi barometer terbentuknya tatanan peradaban dunia baru. Di sisi lain, negara kawasan Indo-Pasifik juga sangat dipengaruhi oleh rivalitas negara-negara adi daya.

Mindset merupakan ancaman yang paling berbahaya. Selain perang tersebut, ada dua dimensi ancaman utama yang harus dihadapi secara bersama. Pertama, ancaman belum nyata atau ancaman tradisional yang dianggap masih sangat kecil kemungkinannya terjadi.

Kedua, ancaman nyata yang terdiri dari ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, termasuk bencana alam, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intellijen serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.

Ryamizard menambahkan, Indonesia menyadari bahwa keamanan nasionalnya menjadi bagian dari kepentingan strategis negara lain. Karena itu acuan penyelenggaraan strategi pertahanan negara Indonesia senantiasa diarahkan guna mewujudkan stabilitas keamanan nasional yang kondusif.

Dalam konteks strategi diplomasi pertahanan, imbuhnya, Kementerian Pertahanan mengadopsi pendekatan diplomasi pertahanan empat poros, yaitu menjaga keseimbangan hubungan dengan Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan ASEAN.

Hubungan tersebut sangat strategis mengingat semakin tingginya kesamaan cara pandang didalam upaya untuk mewujudkan Kepentingan masing-masing negara

Gubernur Lemhannas Letjen (Purn) Agus Widjojo, menilai perkembangan dinamika politik dan internasional yang terjadi kini telah mengubah wajah dunia kedalam blok-blok kekuatan baru yang tidak terlalu terikat pada blok geopolitik klasik.

Selain itu, pusat pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan peradaban diperkirakan tidak hanya bergeser ke kawasan Asia Pasifik, namun juga diprediksi akan menjadi pusat konflik.

Saat ini Perancis sebagai salah satu pimpinan masyarakat Eropa juga mulai memperkuat kembali kemitraan keamanannya. Demikian juga Rusia telah memperkuat dirinya dan merumuskan strategi hybrid dan cyber warfare.

"Sementara itu, perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat yang kini sudah bergeser menjadi perang teknologi pun belum dapat diramalkan kapan akan berakhir," kata dia.

Lebih jauh, terang dia, satu hal lagi yang mengemuka ialah gerakan terorisme akan semakin merambah ke perkotaan dan gelombang migran diberbagai wilayah masih akan terus mewarnai isu kemanusian.

Walhasil, interaksi antara negara yang semakin kompleks dan rumit itu dihawatirkan akan memunculkan fenomena saling meniadakan kekuatan antara negara.

"Atas dinamika yang tengah terjadi tersebut, lingkungan strategis global perlu segera mencari arah dan bentuk keseimbangan baru," tandasnya. (OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya