Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DANAU Dal terletak di Srinagar, Kashmir. Di perairan yang indah itu, sejumlah perahu khas bernama shikara yang didekorasi layaknya rumah-rumahan, berjejer mengapung. Perahu-perahu itu biasanya penuh sesak dengan turis. Namun, kini mereka kosong melompong tanpa penumpang.
Sektor pariwisata di Kashmir memang telah mengalami kemunduran sejak pemerintah India mencabut otonomi daerah itu tiga minggu yang lalu.
Sejak awal Agustus, pihak berwenang sudah meminta para pengunjung untuk segera meninggalkan wilayah itu. “Mereka mengecek setiap perahu-perahu itu, hotel-hotel, dan jalanan untuk memaksa setiap turis keluar dari Kashmir,” kata salah satu pemilik shikara, Yaqoob.
Sebagian besar jalan-jalan yang biasanya ramai oleh penduduk setempat dan turis, sekarang telah sepi. Gulungan kawat berduri, pos pemeriksaan keamanan, dan puluhan ribu pasukan telah menggantikan semua itu. Pihak berwenang juga memutus semua komunikasi, termasuk internet dan saluran telepon. Hal ini membuat kontak dengan dunia luar sangat sulit.
“Ini bukan yang kami harapkan,” kata pasangan turis asal Taiwan, satu-satunya turis yang ditemukan di Srinagar. Keduanya mengaku telah merencanakan perjalanan tersebut setahun yang lalu. “Saat ini tidak banyak orang dapat menjalani kehidupan sehari-hari tanpa memiliki semua teknologi modern ini, tanpa internet. Itu agak sulit bagi orang-orang, terutama wisatawan. Kami takut dengan seluruh situasi.”
Memperburuk ketegangan
Kejatuhan tajam sektor pariwisata di Kashmir ini cukup menyedihkan. Pasalnya, pendapatan dari sektor ini diperkirakan mencapai US$500 juta per tahun dan mempekerjakan sekitar 100 ribu orang.
Banyak orang mencari nafkah dari sektor terkait, termasuk kerajinan tangan, hortikultura, dan transportasi.
Penduduk khawatir ketidakpastian soal konflik di Kashmir akan membuat pengunjung potensial pergi untuk jangka waktu yang lama. Pasalnya, beberapa negara telah mengeluarkan imbauan untuk tidak bepergian ke kawasan itu. Para operator wisata juga khawatir ribuan pekerjaan akan hilang sehingga melemahkan ekonomi dan semakin memperburuk ketegangan.
“Ketika bisnis Anda turun dan hak-hak dasar Anda diambil, Anda tidak bisa mengharapkan kami tetap waras,” kata pemilik toko kerajinan tangan bernama Sameer Wani. (AFP/ Ihfa Firdausya/X-11)
Pesawat Air India penerbangan 171 jatuh kurang dari 40 detik setelah lepas landas di ahmedabad, Gujarat.
KABUT tebal dan kondisi cuaca ekstrem kembali memakan korban di jalur peziarahan Himalaya. Helikopter yang mengangkut peziarah dari Kedarnath jatuh di dekat Gaurikund, India utara.
Insiden ini terjadi hanya tiga hari setelah kecelakaan besar lain di India, ketika sebuah pesawat komersial milik Air India jatuh di Gujarat, menewaskan sedikitnya 270 orang.
JUMLAH korban tewas dalam kecelakaan pesawat penumpang milik Air India terus bertambah. Otoritas kepolisian mengonfirmasi 279 jenazah korban kecelakaan pesawat Air India telah ditemukan.
CEO Boeing Kelly Ortberg menegaskan bahwa timnya siap mendukung investigasi yang dipimpin oleh Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India terkait kecelakaan pesawat Boeing 787.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved