Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEBANYAK 50 pengusaha asal brunei Darussalam dan Indonesia mengikuti pertemuan bisnis yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, Rabu (14/8).
Puluhan pengusaha itu tergabung dalam Brunei Malay Chamber of Commerce and Industry, National Chamber of Commerce and Industry Brunei Darussalam, BIMP-EAGA Federation Brunei Malay Entrepeneurs, Brunei Women's Business Council (WBC), dan Brunei and Indonesia Friendship Association (Brudifa).
Para pengusaha yang datang bergerak sejumlah sektor, termasuk restoran, jasa pengeboran minyak, konstruksi, teknologi informasi dan perdagangan umum.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh rombongan Kamar Dagang dan Industri Indonesia yang dipimpin oleh Ketua Kadin Indonesia Komite Brunei Iwan Dermawan Hanafi.
Duta Besar Ri untuk Brunei Darussalam Sujatmiko mengatakan, banyak peluang kerja sama yang terbuka untuk peningkatan nilai tambah hubungan ekonomi Indonesia-Brunei.
Baca juga : Indonesia Perkuat Kepemimpinan Diplomasi Kemanusiaan di Kawasan
"Salah satunya dengan memajukan perdagangan langsung. Mengingat, sebagian besar ekspor Indonesia ke Brunei melalui negara ketiga seperti Singapura, Malaysia, atau bahkan Tiongkok," ujar Sujatmiko, melalui keterangan resmi, Rabu (14/8).
"Kuncinya adalah dengan perbaikan konektivitas laut dan udara untuk lalu lintas barang dan wisatawan kedua negara," imbuhnya.
Sujatmiko juga mengundang pengusaha Brunei untuk berinvestasi di sektor properti dan infrastruktur. Terutama di kawasan Kalimantan, menyusul rencana pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan.
Selain itu, sektor pertanian disebut potensial untuk berinvestasi. Mengingat keunggulan benih padi dan ketersediaan lahan di Indonesia. Dia turut menyinggung investasi di sektor pariwisata dan perhotelan, dengan pengembangan destinasi 10 Bali baru.
Ketua Kadin Komite Brunei Iwan Dermawan Hanafi menegaskan, komitmen untuk terus membantu dan memfasilitasi pertemuan antar pelaku usaha kedua negara. Serta, konsultasi pengusaha dengan pihak-pihak pengambil kebijakan di Indonesia.
“Masukan yang dihasilkan pada pertemuan ini akan diteruskan dan ditindaklanjuti bersama mitra kerja KADIN," ucap Iwan.
Selain membicarakan pengembangan bisnis, dibahas pula persiapan peluncuran Indonesia Business Council (IBC) sebagai wadah pengusaha Indonesia di Brunei. Tujuannya mendorong lebih banyak transaksi bisnis antara Brunei dan Indonesia.
Mengakhiri pertemuan, peserta meminta dukungan yang lebih besar dari Kadin Indonesia. Terutama dalam mengedukasi eksportir Indonesia terkait potensi pasar Brunei, dan menggalang minat konsumen Brunei terhadap ragam produk Indonesia.
Kunjungan delegasi Kadin Komite Brunei semakin memperkuat upaya KBRI Bandar Seri Begawan dalam memperkenalkan produk unggulan Indonesia. Sekaligus, memperluas link and match antara pengusaha kedua negara.
“Diharapkan, akan lebih banyak lagi kunjungan pengusaha Indonesia bersama kegiatan promosi yang lebih agresif oleh pelaku usaha nasional ke pasar Brunei Darussalam" tutup Sujatmiko. (OL-7)
DUTA Besar Turki untuk Indonesia Talip Kucukcan dan Anggota Parlemen Majelis Agung Turki Serkan Bayram menyambangi NasDem Tower, DPP Partai NasDem, Jakarta, pada Jumat, (13/6).
Kesepakatan IEU-CEPA menjadi peluang strategis bagi Indonesia melakukan pengalihan perdagangan di tengah dinamika kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu United States Trade Representative Jamieson Greer dalam MCM OECD 2025 di Paris untuk memperkuat kerja sama perdagangan.
Investasi Indonesia ke Amerika Serikat bisa menjadi salah satu pilihan menghadapi kebijakan tarif resiprokal presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memandang nilai perdagangan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) berpotensi menembus US$120 miliar.
Indonesia menempati peringkat ke-122 secara global dan paling rendah dalam keterbukaan perdagangan di kawasan Asia Tenggara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved