Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DEWAN Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menggelar rapat tertutup, 5 Juni kemarin, untuk membahas krisis yang terjadi di Sudan.
Setidaknya 40 orang telah tewas akibat bentrokan warga dan militer terkait penyelenggaraan pemilu.
Rapat darurat ini diinisiasi oleh Jerman dan Inggris mengingat kekerangan di Sudan makin meningkat. Pasukan keamanan diketahui kerap terlibat bentrokan dengan demonstran.
"Kami secepatnya perlu kembali ke meja negosiasi. Senjata tidak bisa mengesahkan legitimasi," kata Duta Besar Jerman untuk PBB Christoph Heushen, dikutip dari AFP, Kamis 6 Juni 2019.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun mneyerukan negosiasi untuk peralihan kekuasaan secara damai. Ia khawatir, bentrokan ini akan memakan lebih banyak korban sipil.
Dewan Militer diketahui saat ini mengendalikan pemerintahan di Sudan setelah Presiden Omar al-Bashir digulingkan pada 11 April lalu.
Sementara itu, penguasa militer Sudan, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan militer telah memutuskan untuk membatalkan kesepakatan dengan para pengunjuk rasa. Dia menyerukan untuk diadakan pemilihan dalam waktu sembilan bulan.
Burhan mengatakan pemilihan itu akan berlangsung di bawah pengawasan regional dan internasional. Penyataan ini keluar setelah perundingan dengan Aliansi Kebebasan dan Perubahan gagal.
(medcom/OL-09)
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) terpaksa memangkas secara signifikan rencana bantuan kemanusiaan global untuk 2025. Soalnya, pasokan dana mengalami penurunan.
KEMENTERIAN Kesehatan Sudan menyatakan lebih dari 2.700 orang dalam sepekan telah terjangkit kolera di negara itu.
Lebih dari 400 orang dilaporkan tewas akibat serangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di wilayah El-Fasher, Darfur, menurut PBB yang mengutip sumber-sumber kredibel.
Di wilayah pesisir timur Sudan yang aman, penduduk menyambut bulan Ramadan dengan berjuang keras untuk berburu dan membeli kebutuhan pokok.
44 warga sipil tewas dan 28 lainnya terluka akibat serangan oleh faksi Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N).
Di Sudan, perang antara paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan tentara Sudan telah berlangsung sejak April 2023. Kedua pihak saling menuduh melakukan kejahatan perang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved