Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Bos Boeing Akui Gagal Tangani Kasus 737 Max

Tesa Oktiana Surbakti
30/5/2019 19:49
Bos Boeing Akui Gagal Tangani Kasus 737 Max
Chief Executive Boeing, Dennis Muilenburg.(AFP)

CHIEF Executive Boeing, Dennis Muilenburg, mengakui perusahaannya gagal menangani kasus kecelakaan pesawat 737 Max. Dia pun mengungkapkan pihaknya belum berkomunikasi secara memadai dengan para regulator.

Pernyataan Muilenburg mengemuka dalam wawancara dengan CBS News. Itu menjadi wawancara pertamanya sejak pengandangan pesawat Boeing 737 Max di berbagai negara, menyusul dua kasus kecelakaan yang menewaskan 346 orang.

Sebelumnya, seorang perwakilan maskapai penerbangan mengisyaratkan jet terlaris tidak berfungsi optimal pada pertengahan Agustus lalu.

Muilenburg dicecar pertanyaan tajam dari CBS News atas kesalahan tidak melapor kepada Administrasi Penerbangan Federal (FAA) selama lebih dari satu tahun.

Ternyata, perusahaan telah menonaktifkan sinyal yang dirancang untuk menginformasikan kru pesawat, terkait perselisihan antarsensor 'sudut serangan' pesawat. Hal itu untuk mengukur sudut angin berhadapan yang mendekat serta memperingatkan potensi hilangnya kecepatan.

Sensor menyediakan data ke Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, yakni sebuah sistem penanganan penerbangan yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat Boeing 737 Max yang dioperasikan Lion Air dan Ethiopian Airlines. FAA mengklaim tidak mengetahui persoalan itu hingga pesawat Lion Air jatuh. Bisa dikatakan lebih dari 13 bulan, sampai Boeing pertama kali mengungkap masalah tersebut.

Baca juga: Boeing Bersikeras 737 MAX Aman

Kalangan pengamat penerbangan kerap mengkritik rancangan sistem MCAS, sebab hanya terikat dengan satu sensor pada satu waktu. Kekurangan yang membuat pesawat rentan terhadap kerusakan.

Dalam dua kasus kecelakaan 737 Max, MCAS membuat pesawat menukik ke bawah dengan tajam lantaran pembacaan sensor yang salah. Dari penyelidikan awal, hal itu menyulitkan pilot untuk mengendalikan pesawat setelah lepas landas.

Sebelumnya, Muilenburg berulang kali menepis tudingan cacat desain pada 737 Max. Namun, sekarang dia mengakui kesalahan implementasi sistem. "Peringatan terkait serangan sudut ini merupakan kesalahan. Komunikasi kami mengenai hal itu bukan seperti seharusnya," jelasnya kepada CBS News.

Dia pun menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Boeing 737 Max. Akan tetapi, dia menaruh kepercayaan terhadap produksi pesawatnya, serta tidak keberatan menempatkan keluarganya di dalam pesawat. "Sebenarnya kami yakin atas keamanan mendasar pesawat," pungkas Muilenburg.

Baca juga: Boeing Sepakat Tangguhkan Operasi 737 Max

Wawancara Mullenberg muncul sepekan setelah FAA memimpin pertemuan regulator internasional. Pertemuan bertujuan untuk mengoordinasikan proses pemberian izin kembali operasi 737 Max. Kepala Asosiasi Transportasi Udara Internasional, Alexandre de Juniac, mengatakan pesawat tetap tidak beroperasi setidaknya 10-12 pekan. Sementara itu, regulator meninjau perbaikan MCAS yang diusulkan Boeing.

Sebuah catatan dari CFRA Research menyoroti kerangka waktu pengoperasian kembali 737 Max lebih buruk dari yang diharapkan. Namun, mereka menilai Boeing sudah lebih baik setelah keluar dari krisis.

"Tesis kami mengenai Boeing mengacu pada permintaan kedirgantaraan komersial jangka panjang. Pemesanan yang kuat dan kemungkinan Boeing tidak akan kehilangan pesanan signifikan, selama layanan pesawat beroperasi dengan aman," bunyi keterangan CFRA. (AFP/X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya