Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pendakian Puncak Everest Pertama di 2019

Tesa Oktiana Surbakti
14/5/2019 19:55
Pendakian Puncak Everest Pertama di 2019
Pemandangan udara Gunung Everest( Sarah LAI / AFP)

DELAPAN pendaki asal Nepal mencapai puncak Gunung Everest pada Selasa (14/5) ini. Keberhasilan itu membuka rute bagi sejumlah pendaki yang ingin menapaki puncak gunung tertinggi di dunia.

Sebuah tim pendaki gunung berpengalaman harus sabar menunggu putaran angin kencang di sekitar puncak Everest. Begitu kecepatan angin mereda, para pendaki dapat memperbaiki tambang menuju puncak yang akan dipakai pendaki lain.

"Pendakian tahun ini sangat sulit, kami sempat khawatir. Tetapi, cuaca akhirnya membaik, sehingga kami bisa mencapai puncak," ujar Iswari Paudel dari Himalayan Guides Nepal, perusahaan yang ditugaskan untuk membenahi tambang pendakian.

Poudel mengungkapkan banyak tim pendaki yang tengah bersiap untuk menggapai puncak Everest dalam beberapa hari mendatang. Otoritas Nepal telah menerbitkan 378 izin, dengan biaya masing-masing sebesar US$11.000. Izin pendakian gunung pada musim semi tahun ini, memicu kekhawatiran terhadap kepadatan pendaki.

Sebagian besar calon pendaki Everest akan dikawal pemandu lokal. Artinya, sekitar 750 pendaki akan melewati jalan yang sama menuju puncak dengan ketinggian 8.850 meter. Selain itu, terdapat 140 calon pendaki lain yang akan mencapai Everest dengan menggunakan rute utara dari Tibet.


Baca juga: Korea Utara Tuntut Pengembalian Kapal Kargo yang Disita AS


Ketika musim semi, gunung tertinggi di dunia itu mampu menarik ratusan pendaki. Biasanya pendakian paling ramai terjadi sekitar akhir April dan akhir Mei. Tahun lalu, jumlah pendaki yang mencapai puncak Gunung Everest mencapai 807 orang. Rinciannya 563 pendaki melewati jalur selatan, dan 244 pendaki dari sisi utara Tibet. Meski menjadi impian banyak pendaki, namun gunung itu telah merenggut sejumlah nyawa.

Bagaimana pun, ledakan pendaki menyebabkan aktivitas pendakian gunung sebagai bisnis yang menguntungkan. Tepatnya sejak Sir Edmund Hillary dan sherpa Tenzing Norgay melakukan pendakian pertama pada 1953. Kendati demikian, ada kehawatiran bahwa jumlah pendaki tidak berkelanjutan, berikut kepadatan manusia yang berbahaya, hingga memburuknya kondisi lingkungan.

Pada April lalu, tim pembersihan membawa kembali 3 ton sampah dari gunung, yang ditinggalkan sejumlah pendaki. Di antaranya termasuk peralatan pendakian, tabung gas, dan kotoran manusia. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya