Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pemimpin Kudeta Sudan Mundur seusai Lengserkan Presiden

Denny Parsaulian Sinaga
14/4/2019 07:20
Pemimpin Kudeta Sudan Mundur seusai Lengserkan Presiden
Pemimpin kudeta militer Sudan Jenderal Awad Ibn Ouf(AFP/ASHRAF SHAZLY)

PEMIMPIN militer baru Sudan mengundurkan diri, Jumat (12/4). Pengunduran diri ini hanya sehari setelah dilantik saat penguasa militer negara itu berkeras mereka akan membuka jalan bagi pemerintahan sipil.

Kepala Dewan Militer Sudan yang berkuasa, Jenderal Awad Ibn Ouf, mengumumkan pengunduran dirinya setelah dilantik pada Kamis malam menyusul penggulingan presiden sebelumnya, Omar al-Bashir.

Mundurnya Ouf terjadi tak lama setelah Kepala Politik Dewan Militer Letnan Jenderal Omar Zain al-Abdin mengatakan kepada para diplomat Arab dan Afrika bahwa yang terjadi bukan kudeta militer, melainkan memihak rakyat.

Kepergian Ouf merupakan tanda kebingungan di antara para pemimpin baru negara Afrika timur laut itu setelah mengusir Bashir, Kamis (11/4).

Namun, ada kegembiraan di jalan-jalan Khartoum setelah pengunduran diri Ouf ini. Puluhan ribu pemrotes masih terus berjaga-jaga di markas tentara di ibu kota Sudan, Jumat (12/4). Mereka menuntut agar militer membuka jalan bagi pemerintahan sipil.

"Dengan ini saya mengumumkan pengunduran diri saya sebagai ketua Dewan Militer Transisi," kata Ibn Ouf dalam pidato kenegaraannya. Ouf juga mengumumkan bahwa ia telah memilih Jenderal Abdel Fattah al-Burhan Abdulrahman untuk menggantikannya.

Dia mengatakan dia percaya pada pengalaman Abdulrahman untuk membawa negara ke pantai yang aman.
Asosiasi Profesional Sudan yang telah memelopori kampanye protes nasional memuji kepergian Ibn Ouf sebagai kemenangan kehendak rakyat.

Kelompok yang mengorganisasi protes menyerukan penguasa yang baru disumpah, yakni Burhan untuk mengalihkan kekuasaan dewan militer ke pemerintahan sipil transisi.

"Jika ini tidak terjadi, kami akan melanjutkan posisi duduk kami di depan markas tentara dan kota-kota lain," katanya dalam sebuah pernyataan.

Demonstrasi terhadap Bashir yang memerintah 30 tahun pertama kali meletus pada Desember 2018. Demonstrasi itu dipicu naiknya harga roti tiga kali lipat di salah satu negara paling miskin di dunia itu.

Polisi Sudan mengatakan 16 orang tewas dan 20 lainnya terluka oleh amunisi tajam di Khartoum saat protes dua hari terakhir.

Setelah membantah tuduhan kudeta militer, Abdel mengatakan dewan militer transisi--yang akan tetap berkuasa selama dua tahun--akan membuka dialog dengan partai-partai politik.

"Akan ada pemerintahan sipil dan kami tidak akan campur tangan dalam komposisinya", sumpahnya. (AFP/Yan/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya