Headline
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
BANGSA ini punya pengalaman sejarah sangat pahit dan traumatis perihal kekerasan massal, kerusuhan sipil, dan pelanggaran hak asasi manusia
PARA peneliti dari Endeavor Health dan Northwestern University, Amerika Serikat (AS) menciptakan sebuah alat berbasis kecerdasan buatan (AI/artificial intelligence) yang mampu membantu dokter mengidentifikasi sindrom pernapasan berbahaya, yakni acute respiratory distress syndrome (ARDS).
ARDS merupakan kondisi serius yang menyebabkan penumpukan cairan di alveoli paru-paru, sehingga kadar oksigen dalam darah turun drastis. Penyakit ini biasanya muncul setelah cedera atau infeksi paru-paru, termasuk Covid-19, dan memiliki tingkat kematian lebih dari 40 persen.
ARDS juga sulit didiagnosis karena dokter harus meninjau banyak data sekaligus, mulai dari hasil laboratorium, rontgen dada, catatan medis, hingga tes jantung. Kompleksitas ini membuat diagnosis sering terlambat.
"Sebagai dokter ICU, sulit untuk menyisir semua data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Di sinilah AI berperan," kata Dr. Curtis Weiss, seorang ahli paru dan Wakil Direktur Kedokteran Perawatan Kritis di Endeavor Health, sekaligus peneliti utama studi ini.
Program ini dikembangkan Dr. Weiss bersama peneliti Northwestern University, Félix Morales dan Luís Nunes Amaral. Algoritma yang mereka rancang disesuaikan dengan pedoman klinis ICU, sehingga dapat meninjau rekam medis pasien yang menggunakan ventilator dan mengidentifikasi kemungkinan ARDS secara otomatis.
"Jika ARDS tidak segera terdeteksi, pasien mungkin tidak akan mendapatkan perawatan penyelamat jiwa tepat waktu. Alat otomatis seperti ini dapat mendeteksi lebih banyak kasus dan mempercepat keputusan dokter," jelas Morales, penulis utama penelitian.
Dalam pengujian menggunakan data medis dari rumah sakit di luar sistem Endeavor Health dan Northwestern, program AI ini berhasil mengenali 93,5 persen kasus ARDS dengan tepat, memiliki tingkat kesalahan, sekitar 17 persen, dan memiliki hasil lebih baik dibandingkan tingkat deteksi manual oleh dokter di ICU.
Saat ini algoritma tengah diuji coba di rumah sakit Endeavor Health. Dr. Amaral menilai keberhasilan program ini menunjukkan potensi besar AI dalam dunia medis.
"Bahkan di luar ARDS, penelitian ini adalah contoh bagaimana AI bisa meningkatkan kualitas perawatan. Dengan penerapan yang tepat, AI dapat membantu dokter mendeteksi kondisi kritis lebih cepat, lebih akurat, dan dalam skala yang mustahil dicapai manusia," ungkapnya. (H-4)
Karyawan memanfaatkan AI untuk mempercepat pekerjaan, merangkum data, menyusun konten, bahkan men-debug kode.
Banyak bisnis masih kesulitan mengadopsi AI karena prosesnya rumit, hasilnya tidak selalu akurat, dan sering kali tidak sesuai dengan karakter brand.
Kurikulum Batch 2 kini memisahkan jalur teknis dan go-to-market, serta menghadirkan sesi terstruktur antara startup dan mitra korporasi.
PENELITIAN IDC menunjukkan bahwa meskipun organisasi menjalankan rata-rata 23 uji coba konsep AI generatif antara 2023 dan 2024, hanya tiga di antaranya yang mencapai tahap produksi.
AI diposisikan sebagai alat bantu pedagogis untuk merancang bahan ajar yang personal, kontekstual dan adaptif, bukan sekadar "jalan pintas"
Kawasan ini kini memasuki fase mobile saturation, dengan penetrasi perangkat mobile melampaui 100% di hampir semua negara.
microsoft memperkenalkan teknologi kecerdasan buatan untuk aplikasi lembar kerja microsof excel
Ya, sang petugas yang siap menjawab pada pukul dua dini hari itu, mayoritas adalah asisten virtual yang dioperasikan dengan kecerdasan buatan.
Mereka juga menyelidiki bagaimana faktor-faktor seperti tata rias, operasi kosmetik, atau variasi pencahayaan ruangan dapat mengelabui sistem.
Kebangkitan aplikasi kecerdasan buatan (AI) bernama DeepSeek dari Tiongkok telah menarik perhatian dunia teknologi dan politik Amerika Serikat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved