Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Ini Penjelasan Ilmiah tentang Istilah Kenakalan Remaja

M Iqbal Al Machmudi
19/8/2025 14:02
Ini Penjelasan Ilmiah tentang Istilah Kenakalan Remaja
Polisi menangkap sekelompok remaja yang terlibat aksi tawuran.(Dok. Antara)

ANGGOTA Satgas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Braghmandita Widya Indraswari memaparkan alasan remaja seringkali melakukan sesuatu tanpa memikirkan konsekuensi atau dampak setelahnya. Aksi yang dilakukan mereka kerap disebut dengan istilah kenakalan remaja.

Pada dasarnya setiap kelompok remaja memiliki masalahnya masing-masing. Pada kelompok awal remaja usia 10-13 tahun terjadi perubahan biologis, psikologis, dan seksual. Sementara pada remaja tengah usia 14-16 tahun terdapat peningkatan otonomi dan keinginan bereksperimen, dan pada remaja akhir usia 17-19 tahun memiliki tingkat kemandirian dan tanggung jawab yang lebih baik.

"Pada remaja awal secara psikologi pemikiran yang bersifat konkrit dan berkembang seiring waktu yang bisa beralih menjadi pemikiran abstrak dan mempengaruhi kualitas hidup," kata Widya dalam diskusi dari IDAI secara daring, Selasa (19/8)

Remaja awal juga bersifat nyata maka orientasinya juga harus nyata. Namun, pada remaja tengah pemikirannya mulai abstrak dan keinginan yang lebih mandiri membuat ke langkah remaja akhir. Remaja akhir terkadang membuat berperilaku membahayakan karena ingin melakukan banyak hal. Tetapi pemikiran dampak yang dilakukan belum matang dengan baik. Hal-hal itulah yang menjadi penyebab mereka kerap melakukan hal yang kemudian disebut sebagai kenakalan remaja.

Perkembangan prefrontal cortex

Ia menjelaskan di usia remaja masih adanya ketidakseimbangan di sistem limbik dan prefrontal cortex. Sistem Prefrontal cortex merupakan bagian penting mengatur fungsi eksekutif atau fungsi luhur sebagai manusia berupa mengontrol perhatian, kognitif, dan di usia anak belum berkembang dengan baik dan akan matang diusia dewasa.

Sistem limbik mengatur emosi marah, sedih, senang dan sebagainya. Masalah di usia remaja yakni kedua sistem tersebut sebagian besar belum berkembang dengan baik bersamaan sehingga di sana rentan terhadap emosi dan fungsi afektif.

"Sehingga fungsi limitasi sesuatu dan melakukan perencanaan tidak berjalan dengan baik. Remaja ingin melakukan sesuatu dengan emosi tetapi belum berpikir secara abstrak sehingga dapat melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang bahkan bisa membahayakan orang lain," jelasnya.

Adapun fase yang ditandai perubahan yang cepat dalam perkembangan fisik, kognitif dan sosial, dimulai dengan pubertas dan berakhir dengan pergantian peran dan kepemilikan tanggung jawab sebagai individu dewasa.

Fase perkembangan transisi individu dari anak-anak dengan ketergantungan yang tinggi pada orang tua ke individu dewasa yang merupakan anggota masyarakat yang mandiri. Dan pada fase perkembangan serta masa transisi dari anak menuju dewasa yang ditandai dengan periode pubertas.

Diketahui bahwa kesehatan mental merupakan salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang remaja yang berperan besar terhadap kualitas hidup di masa dewasa. Selain mengalami perubahan signifikan secara fisik, emosional, sosial, dan kognitif, masa transisi remaja sering kali diwarnai dengan pencarian jati diri, tekanan akademik, tuntutan sosial, serta perubahan hormonal yang dapat memengaruhi kondisi psikologis.

Apabila tidak ditangani dengan baik, tekanan tersebut berpotensi memicu gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, perilaku menyakiti diri, hingga risiko bunuh diri. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya