Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
Tantangan generasi alpha (lahir 2010-2024), beta (2025-2039) dinilai akan semakin berat dalam meyongsong Indonesia Emas 2045. Untuk itu, bekal pendidikan di usia dini perlu dioptimalkan. Hal itu sejalan dengan tema Hari Anak Nasional 2025 yakni "Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045”.
Psikolog yang juga Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi, menyampaikan, generasi alpha adalah anak-anak yang lahir dan tumbuh sudah dengan teknologi yang luar biasa. Apalagi generasi beta ke depan.
“Oleh karena itu, banyak sekali perbedaan dari cara menstimulasi mereka, gaya hidupnya, bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan,” kata Rose yang akrab disapa Bunda Romi saat dihubungi Media Indonesia, Selasa (22/7).
Pada dasarnya, kata dia, generasi mana pun di dalam kehidupannya dari mulai kecil sampai besar itu ada tugas perkembangan. Dalam ilmu psikologi, kemampuan untuk motorik kasar dan motorik halus itu harus distimulasi, seperti kemampuan kognitif, emosi, sosial, dan sebagainya.
Tidak semua cara stimulasi itu bisa dilakukan dengan menggunakan gadget. Anak dengan tingkat perkembangan kognitif yang masih terbatas, yaitu segala sesuatu yang mudah dipahami adalah yang konkret, kemungkinan mereka juga harus melihat atau mendapatkan hal-hal yang sifatnya nyata.
“Tidak semua secara virtual atau yang tidak terlihat dengan menggunakan teknologi itu. Misalnya walaupun kita sudah dengan aneka teknologi, ChatGPT dan sebagainya, tetapi generasi ini juga harus tahu tentang pemahaman 1+1 = 2,” ujar Rose.
“Jangan sampai kalau tidak ada internet tiba-tiba 5+4 dia tidak tahu jawabannya berapa karena tidak punya pemahaman. Harus tahu bahwa pengurangan dan penambahan posisinya lebih rendah dibanding kali dan bagi,” imbuhnya.
Anak harus tahu tentang ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan apa pun yang kemudian bisa membantu dia dalam kehidupannya. Rose menekankan bahwa tidak semua yang ada di dalam dunia maya itu bisa dia dapatkan di dunia nyata.
“Sehingga stimulasi untuk anak-anak gen alpha ini harus juga seperti pada waktu zaman dahulu yaitu harus stimulasi benar-benar. Apalagi untuk di taman bermain, TK, ataupun yang remaja itu sesuaikan dengan tahap perkembangannya,” jelasnya.
Namun perlu disosialisasikan kepada guru maupun orangtua juga untuk tidak bermusuhan dengan teknologi. Pasalnya anak-anak gen alpha memang lahir dan sudah berdampingan dengan teknologi.
Dalam belajar, Rose mencontohkan, mereka juga bisa dibantu juga secara visual dengan melihat video dan sebagainya. Di samping itu secara nyata mereka harus dapat belajar secara nyata tentang emosi. Misalnya bahwa kalah itu tidak menyenangkan dan lain-lain. Hal itu tidak bisa dengan virtual tetapi harus dengan dunia nyata, dengan sesama teman.
Contoh lain soal membentuk moral, berempati pada orang, itu semua adanya betul-betul di dunia nyata. Komponen dasar moral yakni empati, kontrol diri, dan nurani, kata Rose, tidak bisa diajarkan hanya secara virtual tapi harus dalam bentuk pelatihan atau bentuk nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menyebut bahwa stimulasi anak sejak dini, batita maupun balita, bisa dilakukan utamanya di rumah. Yang biasanya hal itu tidak dilakukan karena orangtuanya sibuk dan sebagainya.
“Harus diingat tanggung jawab stimulasi, pengasuhan itu ada pada orangtua. Jadi kalau menyekolahkan anak sejak usia dini misalnya saat batita, itu harusnya orangtua yang ikut sekolah,” ujarnya.
“Agar tahu bagaimana cara-cara yang terbaik untuk memberikan stimulasi kepada anak. Saya sih berharapnya orangtua juga lebih paham karena bahkan dengan teknologi ini kita bisa banyak belajar di kanal Youtube, dan sebagainya. Tetapi harus dipakai dengan nalar yang paling baik itu yang seperti apa. Jangan semua diambil dan diadopsi dalam kehidupan anak kita sendiri di rumah,” pungkasnya. (H-1)
Bappenas menyoroti bahwa salah satu penyebab utama tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z adalah lemahnya kemampuan interpersonal dan komunikasi.
BAHASA berkembang berbanding lurus dengan kelahiran tiap generasi. Gen Alpha yang tumbuh bersama internet, memberikan sumbangsih besar terhadap siniar dunia maya.
Gen Alpha membutuhkan nutrisi yang tepat, karena gaya hidup dan pola makan dapat meningkatkan kemampuan kognitif secara signifikan.
BMKG sendiri memproyeksi suhu udara di Indonesia akan melompat naik hingga 3,5 derajat Celcius dibandingkan zaman praindustri pada 2100 mendatang apabila aksi mitigasi iklim gagal dilakukan.
Riset ini mengungkap perbedaan mencolok dalam cara Gen X dan Millennial mengelola pendidikan, kesejahteraan emosional, pengeluaran, dan waktu bersama keluarga.
Materi literasi keuangan ini meliputi perkenalan tentang industri jasa keuangan, fungsi dan tugas lembaga keuangan.
Lestari mendorong penguatan sistem pendidikan nasional secara menyeluruh, sehingga tercipta ekosistem pendidikan yang sehat bagi semua pihak terkait.
WAKIL Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengingatkan tentang hakikat pendidikan kepada 500-an peserta luring pelatihan pembelajaran mendalam.
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung kemajuan sumber daya manusia (SDM) nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved