Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MAKANAN pedas telah lama menjadi bagian dari budaya kuliner di berbagai belahan dunia. Namun, di balik rasa menggoda dan sensasi panasnya, makanan pedas ternyata ibarat dua sisi mata uang. Ada manfaat sekaligus risiko kesehatan.
Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB University Karina Rahmadia Ekawidyani mengungkapkan berbagai dampak positif dan negatif konsumsi makanan pedas. Ia juga memberikan tips agar masyarakat dapat menikmatinya dengan aman.
Karina mengatakan, makanan pedas dapat memberikan manfaat bagi tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar. Menurutnya, makanan pedas seperti cabai mengandung berbagai zat aktif yang berperan penting bagi kesehatan.
"Cabai banyak mengandung vitamin C dan vitamin A yang berfungsi sebagai antioksidan dan dapat melindungi tubuh dari berbagai serangan penyakit, sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh," tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kandungan capsaicin dalam cabai juga dapat membantu menurunkan berat badan.
"Capsaicin mampu meningkatkan temperatur tubuh dan mempercepat kerja metabolisme, sehingga kalori dalam tubuh lebih cepat terbakar," imbuhnya.
Selain itu, Karina menambahkan bahwa capsaicin terbukti secara ilmiah memiliki berbagai manfaat lain, seperti menghambat pertumbuhan sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya.
Capcaisin juga memiliki efek analgesik (pereda nyeri) dan antiinflamasi (anti peradangan), serta berdampak positif pada sistem kardiovaskuler dan metabolik, termasuk memperbaiki profil lipid dan fungsi endotel atau dinding pembuluh darah.
Namun demikian, ia mengingatkan agar masyarakat tetap berhati-hati dalam mengonsumsi makanan pedas.
"Konsumsi berlebihan dapat mengiritasi saluran cerna dan meningkatkan refluks asam lambung yang menyebabkan gejala seperti mulas, sakit perut, kembung, diare, hingga muntah," paparnya.
Makanan pedas yang dikonsumsi secara tidak bijak juga dapat menimbulkan efek lain seperti insomnia, berkurangnya sensitivitas lidah, bahkan meningkatkan risiko penurunan fungsi kognitif.
"Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi lebih dari 50 gram cabai per hari secara rutin memiliki risiko penurunan kognitif hampir dua kali lebih besar dibandingkan yang mengonsumsi dalam jumlah lebih sedikit," tambahnya.
Terkait toleransi terhadap makanan pedas, Karina menekankan bahwa setiap orang memiliki batas yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, pengalaman, dan psikologis.
"Capsaicin menstimulasi Receptor Potencial Transient Vanilloid (TRPV1) yang mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak. Setiap individu memiliki tingkat toleransi reseptor yang berbeda. Bahkan, ada orang yang lahir tanpa reseptor ini, sehingga tidak merasakan pedas," jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa toleransi terhadap makanan pedas bisa meningkat melalui konsumsi yang rutin.
Selain faktor fisiologis, persepsi atau pikiran bahwa makanan terasa sangat pedas juga bisa memengaruhi reaksi seseorang.
Karina juga memberikan beberapa tips agar masyarakat dapat menikmati makanan pedas dengan aman:
Sensasi pedas ini disebabkan oleh zat aktif seperti capsaicin yang merangsang reseptor panas di mulut dan kulit.
Makanan pedas memang nikmat, tetapi terlalu sering mengonsumsinya bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
Sensasi pedas ini biasanya berasal dari senyawa capsaicin atau piperine, yang dapat menimbulkan sensasi panas dan terbakar di lidah serta sistem pencernaan.
Makan makanan pedas memang nikmat dan bisa meningkatkan selera makan, tetapi konsumsi berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Ketika kamu mengonsumsi makanan pedas, maka darah dalam tubuh akan mengalir lebih cepat dari biasanya. Sehingga, racun-racun yang berada dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved