Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
Ahli Genetika Ekologi IPB University, Prof Ronny Rachman Noor mengatakan keanekaragaman satwa liar, merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Di samping keindahan dan keunikannya, satwa liar ini merupakan bagian dari struktur populasi hewani dan arsitektur rantai makanan dan keseimbangan habitat di alam.
“Namun sayangnya, karena berbagai alasan seperti kebutuhan ekonomi dan bertahan hidup, satwa liar yang dilindungi ini tetap saja diburu dan diperdagangkan secara ilegal,” ungkap Ptof Ronny melalui siaran pers yang diterima Sabtu (28/6) sore.
Bagi penduduk lokal, lanjutnya, kebutuhan berburu satwa liar umumnya didorong oleh alasan ekonomi yang mendesak. Sementara itu, para pedagang dan pengumpul di mata rantai yang lebih besar memiliki tujuan utama meraup keuntungan besar dari perdagangan ilegal ini.
Negara-negara tropis seperti Indonesia dan kawasan Pasifik dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia yang mengagumkan. Kondisi iklim dan habitat yang ideal memungkinkan jutaan spesies flora dan fauna berkembang pesat di wilayah ini.
Negara di kawasan Pasifik yang dikaruniai keindahan alam dan keanekaragaman hayati ini juga tidak terlepas dari jerat perburuan dan perdagangan satwa liar dengan alasan yang sama.
Berbagai satwa liar seperti burung beo merah, burung dara, kakaktua putih, dan kakaktua ungu menjadi sasaran pemburu. Hasil tangkapan tersebut kemudian ditampung oleh para pengumpul sebelum masuk ke mata rantai perdagangan satwa ilegal, baik untuk kolektor pribadi maupun pasar global hewan peliharaan eksotis.
“Tidak hanya burung, berbagai jenis reptilia seperti ular, kupu-kupu, dan berbagai satwa liar lainnya juga tidak luput dari perburuan satwa liar ilegal ini di kawasan Pasifik,” jelasnya.
BISNIS MENGGIURKAN
Prof Roni memaparkan, data dari Australian Broadcasting Corporation (ABC), Kepulauan Solomon merupakan eksportir satwa liar ilegal terbesar di kalangan negara di kawasan Pasifik. Dulunya, satwa liar ini belum menjadi pusat perhatian. Lonjakan permintaan dari perdagangan hewan peliharaan eksotik memicu semakin banyaknya pemburu liar yang terlibat. Bisnis ilegal satwa liar ini terus berkembang dan memiliki nilai ekonomis yang cukup signifikan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa negara-negara di kawasan Pasifik mengirimkan lebih dari 1.000 satwa liar secara ilegal ke luar negeri setiap tahunnya. Perdagangan ini memasuki pasar global yang diperkirakan bernilai mencapai Rp656 triliun per tahun.
Prof Ronny menyebut, kepulauan Solomon masih memiliki banyak hutan alam sebagai habitat berbagai satwa liar. Keterbatasan infrastruktur, dan akses jalan membuat perburuan satwa liar ini sangat sulit diawasi oleh pihak berwenang.
“Dalam situasi seperti ini, masalah ekonomi yang mendesak membuat sebagian penduduk lokal menggantungkan hidupnya dari kegiatan menjerat dan menjebak satwa liar untuk dijual kepada pengumpul,” ujartnya.
INDONESIA MENJADI BAGIAN MATA RANTAI
Di kalangan pemerhati satwa liar dunia, pasar Pramuka dan Jatinegara di Jakarta dikenal sebagai pusat perdagangan satwa liar. Lokasi ini tidak hanya menampung satwa liar dari berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara, baik yang diperdagangkan secara legal maupun ilegal.
“Dengan reputasi dan skala perdagangan satwa liarnya, tidak heran jika pasar satwa liar Pramuka dan Jatinegara ini dikenal dunia sebagai salah satu pasar satwa liar terbesar di kawasan Asia Tenggara,” kata Prof Ronny.
Menurut dia, Indonesia sebenarnya sudah memiliki undang-undang perlindungan satwa liar. Aturan ini bertujuan memerangi dan mengurangi volume perdagangan satwa liar dengan ancaman pidana penjara bagi pelaku penangkapan dan perdagangan satwa liar tanpa izin khusus.
Namun dalam pelaksanaannya, pengawasan masih lemah sehingga secara kasat mata, perdagangan satwa liar secara terbuka masih terus berlangsung dan mudah ditemukan.
Ujung mata rantai perdagangan satwa liar ini adalah para kolektor yang tinggal di berbagai negara, seperti Amerika Serikat yang merupakan pasar satwa eksotik terbesar di dunia.
Prof Ronny menegaskan, pemilikan satwa liar tanpa pengetahuan yang memadai tentang perilaku, lingkungan pemeliharaan, dan pakan yang tepat akan membahayakan kelangsungan hidup satwa tersebut. “Satwa liar yang dipelihara dalam kondisi tidak sesuai habitatnya akan mengalami stres berat yang dapat menyebabkan kegagalan reproduksi bahkan kematian".
“Bukankan satwa liar itu lebih baik dinikmati di alam liarnya dibandingkan dengan dimiliki?” pungkasnya. (H-1)
Terungkapnya perdagangan bagian satwa dilindungi berupa sisik Trenggiling (Manis javanica), bermula dari penggalian data dan informasi akun media sosial.
PENYIDIK Balai Penegakan Hukum (Gakkum) Kehutanan Wilayah Sumatra menyerahkan tersangka berinisial MS (24) kasus perdagangan satwa liar trenggiling.
Gakkum berhasil menggagalkan perdagangan online bagian tubuh satwa dilindungi dari Indonesia ke Luar Negeri termasuk Amerika Serikat dan mengamankan 2 pelaku
Pelepasliaran satwa tersebut merupakan hasil dari upaya penyelamatan yang dilakukan oleh petugas Polhut BKSDA Maluku
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved