Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
SEBUAH studi mengungkapkan kebakaran hutan menciptakan racun yang mencemari sungai dan aliran air di wilayah barat Amerika Serikat, hingga delapan tahun kedepan.
Penelitian berskala besar ini menganalisis lebih dari 100.000 sampel air dari 500 daerah aliran sungai (DAS) di wilayah barat AS. Mereka menemukan kandungan polutan seperti nitrogen, fosfor, karbon organik, dan sedimen tetap tinggi jauh lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications Earth & Environment ini dipimpin tim ilmuwan dari Cooperative Institute for Research in Environmental Sciences (CIRES) di University of Colorado Boulder.
“Kami ingin melihat tren besar terkait kualitas air pasca-kebakaran di seluruh wilayah barat AS, sebagai dasar untuk strategi manajemen air ke depan,” ujar Carli Brucker, penulis utama studi dan mantan mahasiswa doktoral di CU Boulder.
Hasilnya menunjukkan kadar karbon organik, fosfor, dan kekeruhan air (turbiditas) meningkat tajam selama 1 hingga 5 tahun setelah kebakaran. Nitrogen dan sedimen bahkan tetap tinggi hingga delapan tahun kemudian. Dampak ini lebih parah di wilayah yang berhutan lebat.
Lebih menarik lagi, peningkatan polutan ini tidak selalu langsung muncul setelah kebakaran. Dalam banyak kasus, dibutuhkan hujan badai besar untuk menghanyutkan sisa kontaminan ke sungai.
Untuk mendapatkan data yang representatif, tim membandingkan DAS yang terdampak kebakaran dan yang tidak, lalu memodelkan perubahan kontaminan sebelum dan sesudah kebakaran.
Penelitian ini mengisi celah penting dalam kajian iklim dan kualitas air skala besar. “Selama ini, kita sering bicara soal ketersediaan air global dalam konteks perubahan iklim. Tapi evaluasi soal kualitas air masih kurang diperhatikan dalam skala kontinental,” ujar Ben Livneh, peneliti utama CIRES dan dosen di University of Colorado.
Meski setiap DAS menunjukkan respon berbeda, peneliti menemukan tren umum: kebakaran besar meninggalkan jejak polusi jangka panjang.
“Beberapa sungai nyaris bersih setelah kebakaran, tapi ada juga yang mengalami peningkatan sedimen hingga 2.000 kali lipat,” kata Brucker.
Para peneliti berharap temuan ini menjadi acuan konkret bagi pengelola air di wilayah barat AS dalam merancang kebijakan dan ketahanan terhadap kebakaran hutan.
“Pengelola air tidak bisa hanya mengandalkan kekhawatiran umum. Mereka butuh data nyata. Dan itulah yang kami sediakan,” tutup Brucker. (Science Daily/Z-2)
Pencemaran Air: Krisis global mengancam! Temukan penyebab, dampak, dan solusi inovatif untuk selamatkan sumber daya air kita.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved