Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Kanker Hati, Memahami Risiko, Gejala, dan Terobosan Pengobatan Modern

Basuki Eka Purnama
23/6/2025 20:57
Kanker Hati, Memahami Risiko, Gejala, dan Terobosan Pengobatan Modern
Ilustrasi(Freepik)

KANKER hati merupakan salah satu penyakit mematikan yang menjadi perhatian serius di dunia medis, termasuk di Indonesia. Penyakit ini dikenal sebagai pembunuh diam-diam karena sering kali tidak menunjukkan gejala hingga mencapai stadium lanjut. 

Ketika sudah berada di stadium lanjut, kemungkinan untuk sembuh menjadi sangat kecil. Namun, risiko terkena kanker hati dapat dikurangi secara signifikan melalui deteksi dini dan perubahan gaya hidup.

Data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022 mencatat kematian akibat kanker hati di Indonesia mencapai 23.383 kasus, meningkat dibandingkan 2020 yang mencatat 19.721 kematian. 

Dengan angka kematian standar sebesar 7,9 per 100.000 penduduk, kanker hati merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di Indonesia, menduduki peringkat kelima sebagai kanker yang paling sering terjadi dan peringkat keempat sebagai penyebab utama kematian akibat kanker.

MI/HO--Konsultan Senior Ahli Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre, Singapura Foo Kian Fong

Menurut Konsultan Senior Ahli Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre, Singapura Foo Kian Fong, kanker hati dibagi menjadi dua jenis utama: kanker hati primer dan sekunder. 

Jenis primer yang paling umum adalah karsinoma hepatoseluler (HCC), yang berasal dari hepatosit atau sel utama dalam hati. Sementara itu, kanker hati sekunder adalah kanker yang menyebar ke hati dari organ lain seperti usus besar, paru-paru, atau payudara.

Sebagian besar kasus HCC terkait erat dengan infeksi hepatitis B atau C kronis. Namun, faktor lain seperti sirosis akibat konsumsi alkohol jangka panjang, penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD), obesitas dan diabetes tipe 2 juga meningkatkan risiko. 

"Kematian pasien kanker hati sering kali disebabkan oleh sirosis hati (pengerasan hati) karena dapat menyebabkan gagal hati dan pendarahan internal yang berujung pada kematian," katanya.

Selain itu, paparan aflatoksin-senyawa beracun dari jamur yang ditemukan dalam makanan seperti jagung dan kacang-kacangan yang disimpan dalam kondisi lembab-juga merupakan faktor risiko yang signifikan.

"Jika makanan memiliki jamur putih yang terlihat, meskipun dapat dibersihkan, aflatoksin masih dapat tertinggal. Risiko kanker hati dari senyawa ini bersifat kumulatif," jelas Dr Foo.

Deteksi dini merupakan sebuah tantangan karena gejala kanker hati sering kali baru muncul ketika sudah pada stadium lanjut. 

Gejala kanker hati biasanya meliputi kelelahan yang ekstrem, mual, nyeri pada perut kanan atas, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan secara drastis, pembesaran perut, serta kulit dan mata yang menguning (penyakit kuning).

Untuk kelompok berisiko tinggi, seperti pembawa virus hepatitis B atau pasien sirosis, disarankan untuk menjalani ultrasonografi abdomen dan tes darah secara teratur setiap enam bulan. Tes diagnostik lainnya termasuk CT scan atau MRI dengan kontras, serta tes penanda tumor seperti alfa-fetoprotein (AFP) dan PIVKA-II. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyatakan bahwa diagnosis kanker hati dapat dilakukan tanpa biopsi jika hasil pencitraan dan laboratorium menunjukkan pola kanker hati yang khas, meskipun biopsi tetap direkomendasikan pada kasus-kasus tertentu.

Pilihan Perawatan

Pengobatan kanker hati sangat tergantung pada stadium penyakit dan kondisi umum pasien. Beberapa metode pengobatan yang tersedia meliputi:

Tahap awal 

Operasi pengangkatan tumor atau transplantasi hati yang dapat meningkatkan harapan hidup.

Tahap menengah

Transarterial Chemoembolisasi (TACE), dengan menyuntikkan obat secara langsung ke dalam tumor.

Terapi radiasi yang terlokalisasi seperti Terapi Radiasi Internal Selektif (SIRT) atau Radioembolisasi Transarterial (TARE).

Tahap lanjutan

Terapi sistemik seperti imunoterapi dan terapi yang ditargetkan, yang dapat memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kemajuan teknologi medis juga telah memungkinkan untuk mengadopsi pendekatan multidisiplin, di mana tim dokter dari berbagai bidang seperti onkologi, hepatologi, dan pembedahan bekerja sama untuk menyusun strategi pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.

"Pendekatan ini sekarang menjadi standar dalam pengobatan kanker hati karena setiap pasien memiliki tantangan yang berbeda," kata Dr Foo.

Pentingnya Pencegahan

Pencegahan tetap menjadi strategi utama dalam mengurangi insiden kanker hati. Vaksinasi Hepatitis B telah terbukti efektif dalam mengurangi insiden kanker hati di negara-negara dengan prevalensi tinggi seperti Taiwan.

Selain itu, perubahan gaya hidup juga memainkan peran penting, termasuk:

  • Konsumsi kopi hitam tanpa gula dua kali sehari
  • Mengikuti diet Mediterania
  • Menjaga berat badan ideal
  • Asam lemak omega3
  • Berolahraga setidaknya 150 menit per minggu
  • Latihan beban dua kali seminggu untuk mencegah sarkopenia dan memperlambat risiko osteoporosis

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi vitamin D, obat diabetes metformin, aspirin dosis tertentu, dan obat penurun kolesterol seperti statin dapat mengurangi risiko kanker hati, terutama pada kelompok berisiko tinggi.

Kanker hati adalah penyakit yang mematikan, tetapi dengan meningkatnya kesadaran, pemeriksaan rutin, dan kemajuan pengobatan, peluang untuk hidup lebih lama dan kualitas hidup yang lebih baik semakin meningkat.

"Jangan menunggu sampai gejala muncul. Lakukan skrining dan pencegahan. Gaya hidup sehat akan menyelamatkan Anda," pungkas Foo. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik