Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Asal-Usul di Balik Lempar Jumrah dalam Haji, Sejak Masa Ibrahim, Simbol dan Maknanya

Media Indonesia
10/6/2025 14:17
Asal-Usul di Balik Lempar Jumrah dalam Haji, Sejak Masa Ibrahim, Simbol dan Maknanya
Jemaah haji melempar jumrah(Dok.AFP)

MELEMPAR jumrah (bahasa Arab: Rami al-Jamarat) merupakan salah satu ritual utama dari ibadah haji tahunan di kota suci Makkah selama bulan Dzulhijjah. Selama ritual ini, umat Islam melempar kerikil ke tiga pilar yang disebut ‘jamarat’, yang terletak di kota Mina, di sebelah timur Makkah.

Selama malam yang dihabiskan di Muzdalifah, para peziarah mengumpulkan 70 batu untuk melempari tiga pilar yang melambangkan Setan pada tanggal 10 Dzulhijjah, yaitu hari Haji. Umat Islam melakukan ritual yang sama selama tiga hari berikutnya sebelum tawaf di Ka'bah. Ada banyak bukti yang menunjukkan pentingnya ritual ini. Oleh karena itu, penting untuk memahami sejarah dan pentingnya ritual ini.

Kisah di Balik Lempar Jumrah

Dilansir dari Islamicfinder, ritual ini merupakan reka ulang simbolis dari kejadian antara Nabi Ibrahim (AS) dan Iblis. Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengorbankan putranya, Ismail AS. Dalam perjalanannya untuk melaksanakan perintah ini, setan berulang kali mencoba menghalangi Ibrahim (AS) untuk mengikuti perintah Allah ini. Ibrahim AS diperintahkan oleh Malaikat Jibril AS untuk melemparkan kerikil ke arah Iblis.

Peristiwa ini diabadikan dalam kehidupan umat Islam dalam bentuk ritual yang harus dilakukan selama ibadah haji. Dan setiap tahun selama Haji, umat Islam melakukan ritual ini untuk mengenang kejadian ini.

Makna dan Simboli Lempar Jumrah

Melempar jumrah menunjukkan ketaatan penuh pada perintah Allah tanpa ada yang menghalangi seorang Muslim untuk melakukannya. Ibrahim (AS) diperintahkan untuk mengorbankan putranya dan Setan berusaha mencegah Ibrahim (AS) untuk melakukannya, tetapi Ibrahim (AS) menunjukkan keimanan yang sempurna kepada Allah dan mengikuti perintah-Nya tanpa pertanyaan atau godaan. Setan mencoba menanamkan kebingungan dalam pikiran Ibrahim AS dan mencoba menggodanya agar tidak tunduk pada kehendak Allah. Kepahlawanan Ibrahim patut dirayakan karena Ibrahim (AS) tidak memiliki anak hingga usia tujuh puluh tahun, ketika Allah memberinya putra pertamanya, Ismail (AS). 

Dalam keadaan seperti ini  pengorbanan yang sangat besar yang dituntut dari Ibrahim AS. Setan mencoba mencegah Ibrahim (AS) dengan memberikan argumen tentang usia tua dan siapa yang akan menjagamu di usia seperti itu. Namun, Ibrahim (AS) kuat dalam imannya dan untuk mengusir Setan, dia melemparkan kerikil kepadanya. Itu adalah tindakan mengesampingkan keinginan dan keinginannya, sesuatu yang diharapkan dilakukan oleh semua Muslim selama haji dan juga di luar haji.

Melempar kerikil ke arah setan bukan berarti setan hadir di tempat itu, namun ini adalah latihan keimanan: tindakan ini adalah bukti bahwa orang beriman mampu melawan pikiran dan keinginan yang dimasukkan setan ke dalam pikiran orang beriman. Meskipun seorang peziarah melempar kerikil ke salah satu pilar Jamarat, tetapi pada kenyataannya, dia melemparnya ke wajah Setan karena tidak ada yang lebih mengganggu Setan daripada seseorang yang mengikuti perintah Allah. Ibrahim (AS) mengikuti perintah Allah dan melempari setan dengan batu, sehingga umat Islam di seluruh dunia mengikuti perintah Allah dan melemparkan kerikil ke arah setan dengan cara yang sama untuk menunjukkan penghinaan terhadap makhluk setan ini. (H-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya