Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Idul Adha Mengatasi Surplus Akses Daging di Daerah Perkotaan

 Gana Buana
03/6/2025 16:58
Idul Adha Mengatasi Surplus Akses Daging di Daerah Perkotaan
Idul Adha Mengatasi Surplus Akses Daging(Dok. Dompet Dhuafa)

SAAT Idul Adha, Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, kompak menunaikan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak pada tanggal 10 Zulhijah dan tiga hari setelahnya (Hari Tasyrik).

Umumnya, masyarakat Indonesia menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi, dan domba, yang kemudian dibagikan kepada para duafa.

Selain untuk menunaikan ibadah, ritual ini juga dapat menjadi sarana berbagi terhadap sesama dan berpeluang memeratakan peningkatan gizi bagi masyarakat yang membutuhkan.

Sayangnya, momentum sukacita tersebut tidak dirasakan merata oleh seluruh penduduk Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia justru mengalami defisit daging kurban, yang disebabkan oleh kemiskinan dan distribusi daging yang tidak merata.

Peneliti sekaligus Direktur Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Haryo Mojopahit, menyampaikan bahwa penyebab defisit daging kurban di beberapa daerah memiliki karakteristik tertentu.

Di Pulau Jawa, penyebab utama defisit daging adalah tingginya tingkat kemiskinan, sehingga banyak penduduk yang tidak mampu untuk berkurban. Berbeda dengan daerah di luar Pulau Jawa, yang cenderung mengalami defisit akibat kondisi geografi, yakni terisolasi dan tertinggal, sehingga sulit dijangkau.

Hasil penelitian IDEAS menunjukkan bahwa kawasan seperti Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, dan Demak di Jawa Tengah mengalami defisit daging kurban hingga 2.623 ton pada 2024 lalu.

Kawasan Pulau Madura, Jawa Timur, juga menyentuh angka defisit sebanyak 2.484 ton. Sementara itu, daerah seperti Jombang, Nganjuk, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Mojokerto, dan Kediri di Jawa Timur mengalami defisit daging sebanyak 1.849 ton.

Masyarakat di daerah-daerah tersebut, seperti Kabupaten Ngawi, rata-rata mengkonsumsi daging hanya 0,01 kg per kapita per tahun. Begitu juga dengan Kabupaten Pandeglang yang konsumsi dagingnya hanya mencapai 0,06 kg per kapita per tahun, dan Kabupaten Magelang yang mencatatkan angka konsumsi 0,18 kg per kapita per tahun.

Di luar Pulau Jawa, beberapa daerah yang memiliki akses terbatas untuk menerima distribusi daging kurban, seperti Kabupaten Kubu Raya di Kalimantan Barat (0,08 kg per kapita per tahun), Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah (0,16 kg per kapita per tahun), dan Kabupaten Halmahera Utara serta Kabupaten Seram Bagian Barat di Maluku (masing-masing hanya 0,01 kg per kapita per tahun dan 0,11 kg per kapita per tahun), juga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan daging.

Berbeda dengan pusat kota seperti DKI Jakarta yang mengalami surplus daging sebanyak 9.905 ton pada 2024, serta daerah-daerah di Jawa Barat seperti Bandung, Cimahi, dan Sumedang yang mencapai surplus 6.355 ton. Begitu pula dengan Sleman dan Bantul di DI Yogyakarta yang mengalami surplus sebesar 4.957 ton.

Angka-angka tersebut mencerminkan kesenjangan konsumsi daging di Indonesia. Menurut Haryo, penting untuk melakukan intervensi gizi dengan mendistribusikan daging kurban secara merata hingga pelosok Indonesia. Kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat juga diperlukan untuk mewujudkannya.

Untuk daerah-daerah di Pulau Jawa, Haryo menyarankan untuk menyempurnakan proses identifikasi penerima daging atau mustahik di daerah-daerah terpencil. Sedangkan untuk luar Pulau Jawa, diperlukan upaya untuk membuka akses bagi daerah-daerah yang terisolasi.

Hal ini tentu menjadi catatan penting bagi panitia kurban di Indonesia, yang umumnya masih terdesentralisasi di ribuan panitia kurban lokal yang bersifat temporer.

Sehingga, data mengenai mustahik tidak terpusat dan tidak diperbarui setiap tahunnya. Distribusi daging kurban masih bergantung pada masjid, musala, pesantren, lembaga pendidikan, hingga perusahaan.

Dompet Dhuafa setiap tahunnya menggelar Tebar Hewan Kurban (THK) sebagai upaya pemerataan konsumsi daging kurban bagi mereka yang membutuhkan. Sejak diluncurkan pada tahun 1994, THK juga membantu mengatasi surplus daging di perkotaan dengan mendistribusikannya ke daerah pelosok atau 3T.

Bagi kamu yang berencana untuk berkurban tahun ini, kamu dapat mengunjungi laman digital.dompetdhuafa.org/kurban. Mari berkurban, tebar kebahagiaan secara merata hingga pelosok negeri! (Dompet Dhuafa) (Z-10)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya