Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
BANYAK orangtua masih menganggap kacamata adalah satu-satunya solusi saat anak mengalami rabun jauh atau mata minus. Padahal, jika dideteksi lebih awal, perkembangan mata minus bisa dikendalikan tanpa bergantung pada kacamata seumur hidup.
Hal tersebut mendorong VIO Optical Clinic menggelar kampanye Permadani (Periksa Mata dari Dini) yang diluncurkan lewat konferensi pers, Selasa (20/5).
Kampanye tersebut menjadi bagian dari edukasi VIO Optical Clinic terhadap pentingnya pemeriksaan mata sejak dini untuk mencegah lonjakan kasus myopia atau rabun jauh yang kini mulai banyak terjadi pada anak usia sekolah.
Salah satu narasumber dalam acara ini, Founder dan Chief Doctor VIO Optical Clinic Andri Agus Syah mengungkapkan, saat ini, lebih dari 50% anak yang datang ke VIO sudah dalam kondisi minus tinggi dan tidak disadari sejak awal.
“Kalau sudah tinggi, mata minus lebih sulit dikendalikan. Itulah kenapa kami mengajak orangtua untuk melakukan pemeriksaan mata sedini mungkin, bahkan sejak anak belum pakai kacamata,” ujar Andri.
Hadir pula dalam acara tersebut Optometry Consultant di VIO Optical Clinic Alif Pratama, yang menjelaskan tentang metode terapi Ortho-K sebagai solusi nonoperasi untuk mengatasi dan mengontrol kenaikan mata minus.
Terapi ini menggunakan lensa khusus yang dipakai saat tidur dan hasilnya memungkinkan anak melihat jelas keesokan harinya tanpa perlu pakai kacamata.
“Kami selalu mulai dari screening menyeluruh, lalu baru tentukan apakah anak cocok untuk Ortho-K. Setelah itu akan ada pemantauan rutin dari tim eye care professional kami,” jelas Alif.
Cerita inspiratif juga dibagikan Rini Herawaty, orangtua dari pasien terapi Ortho-K di VIO. Anak perempuannya, Missio, 8, sebelumnya memiliki minus -1.25 dan -1.00. Setelah mengikuti terapi Ortho-K di VIO Optical Clinic, penglihatannya kembali normal dan tidak perlu lagi memakai kacamata ke sekolah.
“Awalnya anak saya takut dan gak nyaman pakai lensanya, tapi tim VIO sabar banget ngajarin. Sekarang malah dia sendiri yang ingetin untuk pakai lensa tiap malam,” ujar Rini dengan penuh haru.
Kisah Missio menjadi bukti nyata bahwa dengan pendekatan yang tepat dan edukasi yang cukup, orang tua bisa mengambil langkah aktif untuk menjaga kesehatan mata anak sejak usia dini.
Program Permadani ini juga sejalan dengan proyeksi global bahwa pada 2050, hampir 50% populasi dunia diperkirakan akan mengalami myopia.
Jika tidak dicegah, kondisi ini bisa berkembang menjadi minus tinggi yang berisiko menimbulkan komplikasi serius seperti glaukoma, ablasi retina, atau bahkan kebutaan.
“Kami ingin para orang tua tahu bahwa ada solusi yang lebih baik daripada sekadar memberi kacamata. Dan semuanya harus dimulai dari pemeriksaan mata lengkap sejak dini,” tutup Andri. (Z-1)
Memilih kacamata yang tepat sangat penting untuk mengurangi ketegangan mata dan mencegah sakit kepala.
Optik Kasoem bersama EssilorLuxottica menyelenggarakan kegiatan penyerahan 100 kacamata kepada Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Kelurahan Ragunan, Jakarta Selatan.
Sekitar 10 persen dari 66 juta anak usia sekolah mengalami gangguan mata akibat kelainan refraksi, sehingga membutuhkan kacamata lensa minus.
Kacamata bukan sekadar alat bantu penglihatan, tetapi juga pelengkap gaya.
META dilaporkan membatalkan pengerjaan headset dan kacamata virtual reality kelas atas yang sebelumnya direncanakan untuk menyaingi Apple Vision Pro.
Penggunaan gadget dalam jarak dekat berisiko tinggi menyebabkan miopia atau rabun jauh, terutama jika dilakukan dalam waktu lama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved