Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Benarkah Gorengan Dicampur Plastik Lebih Renyah? Waspadai Risiko Kanker dan Penyakit Lain

Media Indonesia
17/5/2025 09:51
Benarkah Gorengan Dicampur Plastik Lebih Renyah? Waspadai Risiko Kanker dan Penyakit Lain
: Pedagang menggoreng tahu untuk dijual di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Jumat (8/4/2022)(ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.)

PLASTIK biasanya digunakan sebagai wadah makanan ataupun pembungkus makanan. Namun, ada dugaan pedagang gorengan mencampurnya dengan plastik saat menggoreng agar lebih renyah. Padahal, plastik mengandung beberapa zat-zat kimia berbahaya, seperti  Bispehenol-A (BPA) dan PVC (Polyvinyl chloride). Zat ini tidak larut, sukar terurai, dan dapat berpindah saat terkena panas. Tentunya, plastik berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh dengan kadar yang berlebihan apalagi jika mengonsumsi makanan yang terpapar plastik. Ada bahaya dan risiko kesehatan yang serius mengintai seperti kanker. 

Apakah bisphenol-A berbahaya dan mengapa?

BPA dianggap sebagai zat berbahaya di Uni Eropa karena dapat membahayakan kesuburan, menyebabkan kerusakan mata, reaksi alergi pada kulit, dan iritasi pada saluran napas.2 BPA juga diketahui dapat mengganggu hormon, yang dapat memengaruhi fungsi reproduksi, kemampuan kognitif, dan metabolisme.2 Pada tahun 2023, Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) memperbarui pedoman keamanan untuk BPA setelah menemukan bukti bahwa BPA memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Studi pada tikus menunjukkan bahwa bahkan pada dosis yang sangat rendah, BPA dapat memengaruhi sel-sel yang penting untuk respons kekebalan tubuh, yang berpotensi menyebabkan kondisi seperti penyakit autoimun dan radang paru-paru.2

Apakah bisphenol-A menyebabkan kanker?

Paparan BPA dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terhadap berbagai jenis kanker, termasuk kanker payudara, rahim, ovarium, prostat, dan testis.3,4,5 Aktivitas estrogenik BPA dianggap sebagai alasan utama di balik risiko kanker ini.3 BPA dapat memengaruhi respons pada tingkat sel dengan cara berinteraksi dengan reseptor estrogen, bahkan dalam konsentrasi yang rendah. BPA juga dapat merangsang pembelahan dan pertumbuhan sel pada kanker payudara melalui jalur sinyal tertentu. Selain itu, BPA dapat menyebabkan perubahan yang memengaruhi regulasi ekspresi gen. Ekspresi gen adalah proses di mana informasi yang dikodekan dalam gen diubah menjadi sebuah fungsi. Perubahan yang disebabkan oleh BPA dapat memengaruhi stabilitas DNA dan mengubah fungsi sel-sel tertentu, yang berpotensi menyebabkan kanker. Selain itu, paparan BPA dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh, mendorong pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.1 Namun, efek dan mekanisme yang tepat dari BPA terhadap perkembangan kanker pada manusia masih belum sepenuhnya dipahami dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.1

Penting untuk diingat bahwa beberapa variabel dapat memengaruhi risiko kesehatan seseorang secara keseluruhan. Kanker adalah penyakit yang kompleks dengan banyak faktor yang berperan, termasuk genetika, gaya hidup, dan faktor lingkungan dan berkembang selama bertahun-tahun.

Haruskah kita menghindari bisphenol-A?

Ya, paparan bisphenol-A harus dihindari karena dampak negatif terhadap kesehatan. Namun, karena keberadaan bahan kimia ini tersebar luas, kehati-hatian individu saja tidak dapat menjamin keamanan publik. Karena migrasi melalui bahan kontak makanan adalah jalur paling umum untuk paparan BPA, peraturan telah dibuat untuk meminimalkan kemunculannya dalam bahan-bahan ini.

Pada tahun 2023, EFSA menetapkan asupan harian yang dapat ditoleransi (TDI) baru untuk BPA sebesar 0,2 ng/kg berat badan, yang menunjukkan keprihatinan terhadap risiko kesehatan dari paparan makanan terhadap BPA. (H-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik