Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
RENCANA Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah kembali memberlakukan sistem penjurusan IPA, IPS dan Bahasa di jenjang SMA mendapat tanggapan positif dari aktivis pendidikan Ki Darmaningtyas. Menurutnya, sistem penjurusan di SMA justru memiliki lebih banyak sisi positif ketimbang kebijakan peminatan yang diterapkan dalam beberapa tahun terakhir.
“Penjurusan tampak lebih tegas dalam proses pembelajaran antara IPA, IPS, dan Bahasa, sehingga tidak terjadi tumpang tindih,” ujar Darmaningtyas, Senin (14/4).
Penjurusan di SMA, menurutnya, akan sangat membantu murid dalam mempersiapkan diri melanjutkan studi ke perguruan tinggi sesuai minat dan tujuan karier mereka. Ia mencontohkan, murid yang akan memilih program studi teknik tentu perlu memperkuat mata pelajaran fisika dan matematika, sedangkan mereka yang tertarik pada bidang farmasi atau kedokteran harus memperkuat biologi dan kimia.
“Pilihan-pilihan ini juga akan sangat membantu memilih fakultas yang akan dimasuki saat mendaftar di perguruan tinggi,” imbuhnya.
Selain dari sisi akademik, penjurusan juga memberikan manfaat manajerial dan tata kelola di sekolah. Menurut Darmaningtyas, sekolah akan lebih mudah mengatur jadwal pembelajaran karena kebutuhan guru untuk masing-masing jurusan sudah dapat dipetakan secara pasti.
“Ketika jumlah gurunya tidak mencukupi, kekurangannya dapat diprediksi secara pasti,” katanya. Hal ini juga memudahkan pemerintah dalam menyusun proyeksi kebutuhan guru per mata pelajaran dan jurusan.
Dari sisi infrastruktur, sistem penjurusan memungkinkan perencanaan yang lebih akurat, baik dalam hal jumlah ruang kelas maupun fasilitas laboratorium yang dibutuhkan. “Kebutuhan ruang laboratorium untuk IPA, IPS, dan Bahasa juga dapat direncanakan secara pasti,” ujarnya.
Meski begitu, Darmaningtyas tidak menutup mata terhadap sisi negatif sistem penjurusan, terutama dari aspek sosiologis. “Yaitu adanya persepsi yang salah bahwa jurusan IPA adalah jurusan yang paling top,” katanya. Namun, menurutnya, persepsi itu akan luntur seiring perkembangan profesi baru yang banyak didominasi oleh lulusan bidang sosial dan humaniora.
Melihat seluruh pertimbangan tersebut, Darmaningtyas menyebut kebijakan kembali ke penjurusan sebagai keputusan yang realistis. Terlebih, kebijakan peminatan saat ini masih dalam tahap uji coba dan terbukti menyisakan banyak persoalan di lapangan. “Kembali ke penjurusan tidak dosa,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya waktu yang tepat untuk melakukan penjurusan. Menurutnya, penjurusan bisa dilakukan sejak semester kedua Kelas X setelah siswa mengenal seluruh mata pelajaran dasar, atau bisa juga saat memasuki Kelas XI agar siswa memiliki cukup waktu untuk mengenali minat dan bakatnya.
Namun, opsi kedua ini mensyaratkan bimbingan intensif dari guru, wali kelas, konselor, dan orang tua. “Resikonya, murid harus belajar banyak hal dalam satu tahun pertama, yang mungkin ini bisa menjadi beban tersendiri,” pungkasnya. (H-3)
Kemendikdasmen akan menghidupkan kembali penjurusan di SMA. Kebijakan tersebut berpengaruh terhadap sistem Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) tahun depan
WAKIL Ketua Komisi X DPR Fraksi PKB Lalu Hadrian Irfani mengatakan penjurusan di SMA segera diumumkan Presiden Prabowo Subianto saat Hardiknas.
MENTERI Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengaku mendapat perintah dari Presiden Prabowo Subianto ihwal dikembalikannya penjurusan di SMA.
Memberikan penjurusan sejak dini dikhawatirkan akan membatasi ruang belajar mereka, dan memaksa pilihan yang belum tentu sesuai dengan potensi jangka panjang.
Penjurusan di SMA disebut akan dikembalikan, tetapi Kemendiktisaintek memastikan bahwa sejauh ini belum ada perubahan dalam hal proses penerimaan mahasiswa baru.
Proses verifikasi dan validasi tidak berkaitan dengan SMA atau SMK tujuan yang akan dipilih dalam proses SPMB.
Peserta kegiatan itu adalah siswa-siswi SMAN 54 Jakarta, SMKN 1 Jakarta, dan SMKS Gema Nusantara.
Dalam surat tersebut juga tertulis, apabila telah terjadi pengumpulan dana untuk tujuan seperti tersebut diatas maka dana tersebut harus dikembalikan kepada orang tua peserta didik
Langkah tersebut merupakan hasil kerja sama Pemerintah Provinsi dengan SMA/SMK swasta di seluruh wilayah provinsi yang telah ditetapkan pada Hari Pendidikan Nasional, Jumat (2/5) lalu.
Solusi Lingkungan Berbasis Tenaga Surya dengan Konsep Ekonomi Sirkular
Menurunnya skor indeks Survei Penilaian Integritas (SPI) pendidikan menjadi tanda bahwa sistem tata kelola dan ekosistem pendidikan di Indonesia masih jauh dari nilai-nilai anti korupsi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved