Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
INOVASI berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyentuh bidang kesehatan masyarakat. Salah satunya melalui pengembangan sistem diagnosis malaria.
Sistem canggih ini dirancang secara otomatis menentukan status infeksi malaria pasien melalui analisis mendalam microphotograph sediaan darah tipis dan tebal.
Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN Anto Satriyo Nugroho mengatakan bahwa data yang digunakan dalam pengembangan ini berasal dari berbagai pelosok Indonesia, memungkinkan sistem untuk mengenali beragam spesies parasit malaria.
“Uniknya, pengembangan sistem ini memanfaatkan ekstraksi fitur morfo-geometris yang memungkinkan AI untuk mengidentifikasi karakteristik ukuran dan bentuk sel darah yang terinfeksi,” tutur Anto.
Dirinya mengakui adanya tantangan dalam pengembangan sistem diagnosis malaria. Di mana, adanya perubahan morfologi parasit malaria selama siklus hidup nyamuk tersebut.
“Perubahan morfologi parasit malaria selama siklus hidupnya menjadi tantangan untuk diagnosis dan menjadi perhatian. Kami di BRIN sangat optimis bahwa penelitian dan pengembangan AI yang berkelanjutan akan mampu menciptakan alat diagnosis yang sangat penting dan berkontribusi signifikan dalam upaya pemberantasan malaria di Indonesia,” harapnya.
Menurut Anto, BRIN saat ini tengah mendorong kolaborasi antara peneliti, industri, dan pemerintah untuk mempercepat pengembangan teknologi AI yang relevan dengan kebutuhan lokal. Pengembangan AI berbasis data lokal yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam berbagai aplikasi menjadi salah satu fokus utamanya.
Anto menekankan bahwa visi riset BRIN terkait AI adalah untuk mengembangkan agar bekerja sama dengan manusia, bukan menggantikannya. Risetnya berfokus dalam mendukung berbagai sektor strategis di Indonesia, termasuk pendidikan, kesehatan, dan keamanan siber.
“AI memiliki potensi besar untuk memberikan solusi inovatif terhadap tantangan nasional, terutama dalam era transformasi digital yang semakin pesat,” ujar Anto.
Anto menyebut penggunaan sistem Mobile Automated Multi-Biometric Identification System (MAMBIS) oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mengidentifikasi korban, seperti korban kecelakaan atau bencana, merupakan salah satu bentuk pemanfaatan AI yang telah digunakan saat ini. Proses identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan pemindaian sidik jari secara langsung atau melalui sidik jari laten, atau melalui pemindaian iris mata.
“Setiap Kepolisian Resort (Polres) di tingkat kota atau kabupaten memiliki dua perangkat MAMBIS yang memudahkan mereka dalam mengidentifikasi korban di lokasi kejadian secara efisien,” jelasnya.
Tidak hanya itu, saat ini telah ada teknologi pengenalan wajah (face recognition) yang diterapkan di Stasiun Solo Balapan untuk menyederhanakan proses masuk ke area peron kereta api. Inisiatif ini tidak hanya mempercepat proses masuk dengan waktu sekitar satu detik, dibandingkan cara manual lima detik, tetapi juga meningkatkan akurasi.
Teknologi ini didukung oleh peran pemerintah, termasuk Kementerian Dalam Negeri untuk spesifikasi teknis KTP-el, Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait data biometrik dalam chip KTP-el, serta dukungan dari industri dan BRIN untuk pengembangan sistem autentikasi biometrik.
Dengan berbagai riset dan inovasi kecerdasan buatan yang dikembangkan saat ini, BRIN berada di garis depan dalam memajukan riset tersebut di Indonesia. Berfokus untuk kemanusiaan dan penekanannya pada kolaborasi antara kecerdasan manusia dan mesin menjadi landasan penting dalam upaya menghasilkan inovasi yang bermanfaat nyata bagi bangsa dan negara.
BRIN sebagai motor penggerak riset dan inovasi AI, berperan dan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
“Kolaborasi adalah kunci keberhasilan riset AI di Indonesia. Dengan memanfaatkan data lokal dan sumber daya manusia yang kompeten, kita dapat menciptakan teknologi yang tidak hanya canggih tetapi juga sesuai dengan konteks Indonesia,” pungkasnya.
(H-3)
Obat malaria pertama yang diformulasikan khusus untuk bayi dan balita telah resmi disetujui untuk digunakan.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Meskipun tantangan terbesar berada di kawasan Afrika, kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia tidak boleh lengah.
Presiden RI ke-6 itu juga menyoroti wilayah Papua yang masih menyumbang 93% dari beban malaria nasional, dan menekankan pentingnya komitmen lintas pemerintahan.
MALARIA menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah endemis. Malaria berkembang dari gejala ringan menjadi kondisi yang sangat serius
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Kolaborasi ini juga memperluas adopsi solusi ERP cloud SAP yang dilengkapi AI, termasuk ketersediaan GROW with SAP in AWS Marketplace.
Pendanaan modal ventura di Asia Tenggara, utamanya di sektor AI, masih tergolong lebih rendah jika dibandingkan dengan pendanaan modal ventura di global.
Dengan pengawasan yang tepat, AI bukanlah ancaman, melainkan peluang besar yang dapat mempermudah kehidupan manusia.
Masa depan keuangan bukan semata soal kecepatan dan efisiensi, tapi tentang kolaborasi antara teknologi dan manusia.
Penggunaan AI bukan hanya sekedar untuk menjawab chat saja melainkan sangat membantu dalam mempermudah pekerjaan sehari-sehari.
AI Lab tersebut melengkapi ekosistem riset teknologi Veda Praxis, yang sebelumnya membangun Cybersecurity Lab di Indonesia dan Ho Chi Minh City, Vietnam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved