Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bahasa Daerah Terancam karena Anak Muda Enggan Menggunakan

Despian Nurhidayat
16/1/2025 12:21
Bahasa Daerah Terancam karena Anak Muda Enggan Menggunakan
Generasi muda dalam sebuah pesta adat di Indramayu, beberapa waktu lalu.(Antara/ Dedhez Anggara)

KEPALA Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Imam Budi Utomo mengungkapkan bahwa pihaknya terus membuat strategi untuk melawan kepunahan bahasa daerah.

 

“Harus kita identifikasi terlebih penyebab Kepunahan bahasa daerah itu sehingga kita bisa menentukan langkah dan strategi pelindungannya,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Kamis (16/1). Imam menjelaskan bahwa hal yang paling utama yang membuat bahasa daerah terancam punah adalah keberadaan penutur muda yang makin rendah.

 

Ethnologue: Language of The World  (2021), Indonesia tercatat memiliki sekitar 742 bahasa atau 10% dari total bahasa di dunia. Namun disebutkan bahwa pada akhir abad-21, bahasa daerah di Indonesia, sebagaimana bahasa-bahasa daerah lain di dunia, akan punah hingga lebih dari 50% dari jumlah yang ada saat ini.

 

Imam menyebutkan, berdasarkan data long form Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 60% generasi muda yang masih menggunakan bahasa daerahnya, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Keengganan memakai bahasa daerah itu karena berbagai alasan, misalnya merasa tidak keren, tidak memiliki prestise, kampungan, dan sebagainya.

 

“Karena penyebabnya adalah makin rendahnya sikap bahasa penutur muda terhadap bahasa daerahnya, Badan Badan meluncurkan program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang menyasar penutur muda usia SD/MI dan SMP/MTs dengan materi dan pembejalajaran yang menyenangkan, termasuk memanfaatkan platform digital,” tegas Imam.

 

“Jika data awal 2021 penutur muda yang terlibat dalam pembelajaran hanya 1,2 juta, pada 2024 tercatat lebih dari 12 juta. Jika pada 2021 hanya di 3 provinsi dengan 5 bahasa daerah, pada 2024 dilaksanakan di 38 provinsi dengan 114 bahasa/dialek,” sambungnya.

 

Untuk menjelaskan bahwa salah satu tantangan untuk pelestarian bahasa daerah adalah konsistensi program beserta dukungan finansialnya, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tantangan lainnya adalah menjaga ghirah (semangat) penutur muda untuk tetap mempelajari dan menggunakan bahasa daerah dalam pertuturan, baik di keluarga maupun masyarakat. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya