Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Meningkat di Beberapa Negara, Perhimpunan Dokter Paru Sebut HMPV Masih Terkendali, Tidak Ada Respons Darurat WHO

Despian Nurhidayat
12/1/2025 14:14
Meningkat di Beberapa Negara, Perhimpunan Dokter Paru Sebut HMPV Masih Terkendali, Tidak Ada Respons Darurat WHO
ilustrasi(freepik)

 

ANGGOTA Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Fathiyah Isbaniah mengatakan bahwa Human metapneumovirus (HMPV) yang saat ini ramai diperbincangkan dimulai dengan peningkatkan kasus virus pernapasan (respirasi) di berbagai negara. Kendati beberapa kasus infeksi virus pernapasan merebak di Tiongkok, pihak berwenang negara tersebut menyatakan bahwa semuanya masih terkendali.

"WHO dalam komunikasi dengan official kesehatan di Tiongkok menyatakan fasilitas kesehatan di Tiongkok tidak kewalahan dalam menangani peningkatan kasus penyakit pernapasan. Kondisi dapat dikatakan masih terkendali dan tidak ada deklarasi maupun respons darurat yang diperlukan," ujarnya. 

Berdasarkan penilaian risiko saat ini, Fathiyah mengungkapkan bahwa WHO juga menyarankan untuk tidak melakukan pembatasan perjalanan atau perdangangan apapun terkait dengan tren penyakit infeksi saluran napas. 

Ia mengatakan, WHO masih terus akan melakukan pemantauan secara global, menyarankan surveillance berkelanjutan, serta memberikan informasi terkini yang diperlukan terkait penyakit infeksi pernapasan. 

“PDPI merekomendasikan untuk tetap waspada, tetapi jangan panik untuk seluruh warga Indonesia,” ucapnya. 

Setelah dianalisa lebih dalam, peningkatan kasus pernapasan ini disebabkan oleh beberapa patogen virus musiman, seperti virus Influenza, Human metapneumovirus (HMPV), Rhinovirus, Respiratory Syncytial Virus (RSV) dan juga Mycoplasma pneumonia. HMPV merupakan virus yang bersirkulasi selama musim dingin di daerah dengan 4 musim bersama beberapa virus lainnya, seperti influenza, parainfluenza, Rhinovirus, Adenovirus, dan RSV.

Menurut Fathiyah, HMPV sebenarnya sudah ada sejak 2001, dan tidak menutup kemungkinan telah beredar lama di Indonesia dan belahan bumi lainnya. Sebelum pandemi covid-19, ia menyebutkan bahwa HMPV merupakan penyebab nomor tiga penyakit infeksi saluran napas setelah RSV dan influenza. 

"Virus ini dapat menyerang semua usia menyebabkan gejala ringan pada sebagian besar kasus," katanya. 

Lebih jauh, HMPV juga dikatakan dapat menyebabkan gejala yang lebih berat, seperti bronkitis atau pneumonia yang mengarah ke kondisi gagal napas pada anak-anak di bawah 5 tahun, orang tua usia 65 tahun keatas, dan pasien rentan dengan daya tahan tubuh rendah atau pasien dengan penyakit penyerta kronik. 


Menurutnya, di musim penghujan infeksi pernapasan akut dan sirkulasi virus pernapasan merupakan hal yang biasa terjadi di masyarakat. Ia menyarankan untuk semua warga diharapkan menjalankan prinsip pencegahan penularan infeksi untuk melindungi keluarga dan semua orang terutama untuk melindungi orang yang rentan. 

“Orang yang menderita sakit flu atau gejala pernapasan lain sebaiknya segera memeriksaan diri ke fasilitas kesehatan serta disarankan beristirahat di rumah dan tetap memakai masker agar tidak menularkan ke orang lain,” jelasnya. 

Sedangkan untuk orang yang masih sehat dan beraktivitas di luar, disarankan untuk tetap menjalankan protokol kesehatan, pola hidup sehat.

“Menjaga imunitas tubuh, menjaga kebugaran, tidak stress dengan pemberitaan yang beredar, mencuci tangan secara teratur, memakai masker jika beraktivitas di kerumunan. Jika memungkinkan menghindari kerumunan, serta menggunakan cairan antiseptik,” tandasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya