Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SUPERNOVA, salah satu fenomena paling dahsyat di alam semesta, adalah ledakan bintang yang memancarkan energi luar biasa. Ketika bintang masif seperti Betelgeuse yang berjarak 650 tahun cahaya dari Bumi mengalami kehancuran, kilauannya dapat terlihat di siang hari, bahkan cukup terang untuk membaca buku di bawah cahayanya pada malam hari.
Namun, pertanyaannya apakah ledakan bintang semacam itu cukup kuat untuk membahayakan planet kita?
Melansir dari laman Space.com, untuk memahami sejauh mana supernova bisa menjadi ancaman, kita harus menilai sejauh mana kekuatan destruktifnya.
Pada dasarnya, ancaman supernova bergantung pada jarak ledakan tersebut dari Bumi.
Gelombang kejut yang dihasilkan dari ledakan bintang bisa sangat mematikan. Namun, jika kita cukup dekat untuk khawatir tentang gelombang kejut ini, radiasi yang dihasilkan oleh bintang sebelum ledakan sudah akan membunuh kehidupan di Bumi jauh sebelumnya.
Meskipun cahaya supernova sangat menyilaukan, itu tidak cukup untuk menghancurkan planet kita. Ancaman utama justru berasal dari radiasi sinar-X dan sinar gamma.
Radiasi ini mampu menghancurkan molekul nitrogen dan oksigen di atmosfer Bumi, menghasilkan senyawa seperti nitrogen oksida yang merusak lapisan ozon. Tanpa lapisan pelindung ini, radiasi ultraviolet Matahari akan dengan mudah memusnahkan mikroorganisme fotosintetik dan mengganggu rantai makanan global, memicu kepunahan massal.
Supernova juga menghasilkan sinar kosmik, partikel berenergi tinggi yang mampu merusak atmosfer Bumi. Dalam jangka panjang, paparan sinar kosmik ini dapat melemahkan atmosfer dan memengaruhi ekosistem planet kita.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa untuk benar-benar menghancurkan setidaknya setengah lapisan ozon, supernova harus berada dalam jarak sekitar 25-30 tahun cahaya dari Bumi. Namun, kabar baiknya adalah, tidak ada bintang di dekat kita yang berpotensi meledak sebagai supernova dalam radius tersebut.
Saat ini, kandidat supernova terdekat adalah Spica, yang berjarak sekitar 250 tahun cahaya. Dalam radius ini, ledakan bintang tersebut tidak cukup kuat untuk memengaruhi Bumi secara signifikan. Namun, ancaman lain bisa datang dari fenomena seperti ledakan sinar gamma. Ledakan ini terjadi ketika bintang neutron atau bintang hipernova meledak, memancarkan energi dalam berkas sempit yang bisa menjangkau hingga 10.000 tahun cahaya.
Ledakan sinar gamma lebih sulit diprediksi karena sifatnya yang tiba-tiba dan jarang terjadi. Jika salah satu berkas energi ini mengarah langsung ke Bumi, dampaknya bisa jauh lebih destruktif dibandingkan supernova biasa.
Tata surya kita saat ini berada di lengan spiral Orion, wilayah galaksi yang dikenal dengan tingkat pembentukan bintang tinggi. Pembentukan bintang baru berarti kematian bintang tua yang lebih sering, sehingga meningkatkan peluang terjadinya supernova.
Namun, periode ini diperkirakan berlangsung selama 10 juta tahun, memberi manusia waktu panjang untuk mengamati dan mempersiapkan diri.
Supernova memang memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan besar pada Bumi, tetapi hanya jika terjadi dalam jarak yang sangat dekat, yaitu sekitar 30 tahun cahaya.
Kabar baiknya, tidak ada bintang dalam radius tersebut yang diperkirakan akan meledak dalam waktu dekat. Meski begitu, ancaman dari ledakan sinar gamma tetap menjadi kemungkinan kecil yang tidak bisa diabaikan sepenuhnya.
Untuk saat ini, Bumi aman dari ancaman supernova. Namun, dalam skala waktu miliaran tahun, risiko ini tetap ada.
Sumber: Space.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved