Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
KEANEKARAGAMAN hayati adalah salah satu aset paling berharga yang dimiliki planet kita. Dengan semakin meningkatnya ancaman terhadap spesies-spesies di seluruh dunia, upaya untuk melindungi dan melestarikan keberagaman ini menjadi semakin penting.
Salah satu cara yang dilakukan menjaga kelestarian flora dan fauna adalah melalui konservasi. Konservasi ini terbagi menjadi dua yaitu konservasi ex situ dan konservasi in situ. Kedua metode ini memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda, tetapi sama-sama vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Oleh karena itu, mari kita telusuri lebih dalam mengenai pengertian, perbedaan, serta contoh nyata dari konservasi ex situ dan in situ di Indonesia.
Konservasi in situ merujuk pada upaya pelestarian spesies di habitat alaminya. Spesies yang dilindungi pada lingkungan yang sama di mana mereka berkembang biak dan berinteraksi dengan spesies lain. Pendekatan ini bertujuan untuk menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Salah satu contoh konservasi in situ adalah pengelolaan taman nasional dan suaka margasatwa yang dilindungi pemerintah.
Berbeda, konservasi ex situ adalah upaya pelestarian spesies yang dilakukan di luar habitat alaminya. Ini termasuk pengembangbiakan hewan di penangkaran, koleksi tumbuhan di kebun botani, dan berbagai metode lain yang bertujuan untuk menyelamatkan spesies dari ancaman kepunahan. Konservasi ini sering digunakan untuk spesies yang sangat terancam punah, di mana lingkungan alaminya telah terganggu atau tidak lagi mampu mendukung kehidupan mereka.
Perbedaan utama antara konservasi in situ dan ex situ terletak pada lokasi dan metode pelestarian. Konservasi in situ bertujuan melindungi spesies dalam lingkungan alaminya, menjaga ekosistem secara keseluruhan, dan memastikan spesies dapat beradaptasi dan bereproduksi dalam kondisi yang sebenarnya.
Konservasi ex situ lebih berfokus pada menyelamatkan spesies dengan memindahkannya ke lokasi yang lebih aman, seperti kebun binatang atau penangkaran, di mana mereka dapat dirawat dan dibudidayakan.
Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menjaga spesies agar tidak punah. Konservasi in situ lebih menekankan pada perlindungan habitat dan interaksi spesies dalam ekosistemnya. Sedangkan konservasi ex situ berfokus pada penyelamatan spesies secara langsung dari ancaman yang dihadapi, sering kali dengan melibatkan manusia dalam proses pemeliharaan dan pembiakan.
Indonesia adalah contoh yang menarik dalam praktik konservasi. Salah satu contoh konservasi in situ yang berhasil adalah Taman Nasional Komodo, yang merupakan habitat asli bagi komodo (Varanus komodoensis).
Melalui perlindungan yang ketat, taman nasional ini telah membantu menjaga populasi komodo dan ekosistem maritim yang kaya di sekitarnya. Program pemantauan dan penelitian yang dilakukan di sana juga mendukung upaya konservasi global dengan memberikan data penting tentang perilaku dan reproduksi spesies ini.
Contoh konservasi ex situ di Indonesia dapat dilihat di Taman Safari Indonesia yang berfungsi sebagai penangkaran untuk berbagai spesies langka. Di sini, spesies seperti harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) dan orangutan (Pongo pygmaeus) dibudidayakan dan dilindungi dari ancaman kepunahan.
Taman Safari tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk melestarikan spesies, tetapi juga sebagai pusat pendidikan bagi masyarakat, meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi.
Penting bagi kita untuk memahami dan mendukung upaya konservasi baik in situ maupun ex situ. Dengan ini, kita sebagai masyarakat dapat berperan aktif dengan cara berpartisipasi dalam program-program konservasi serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. (Indonesian Journal of Conservation/Z-3)
Di tengah meningkatnya tekanan terhadap ekosistem akibat perubahan iklim dan pembangunan, upaya konservasi menjadi semakin penting dan mendesak.
LANGKAH pemerintah dipuji karena berani menutup lahan sawit ilegal yang beroperasi di kawasan Hutan Konservasi Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Riau.
Dalam satu tahun terakhir, lebih dari 7.600 telur penyu berhasil ditemukan dan diselamatkan di Pulau Serangan. Dari jumlah itu, sekitar 4.000 telur berhasil menetas menjadi tukik.
POPULASI kera hidung panjang atau Bekantan (nasalis larvatus) di pusat konservasi Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel) terus bertambah.
MAHKAMAH Konstitusi (MK) belum kunjung memutuskan perkara uji formil UU No 32 Tahun 2024 tentang Perubahan atas UU No 5 Tahun 1990 tentang KSDAHE (UU KSDAHE).
Mendaratnya kembali berbagai jenis penyu di Amping Parak disebabkan gencarnya kampanye perlindungan penyu di kawasan tersebut oleh penggerak konservasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved