Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Inovasi Penggunaan Frass BSFL: Solusi Ramah Lingkungan untuk Pertanian Berkelanjutan

Melani Pau
14/10/2024 12:09
Inovasi Penggunaan Frass BSFL: Solusi Ramah Lingkungan untuk Pertanian Berkelanjutan
BRIN, peneliti memaparkan solusi berkelanjutan berupa frass BSFL (limbah larva lalat tentara hitam) sebagai pembenah tanah ramah lingkungan. (freepik)

KETERGANTUNGAN petani terhadap pupuk dan pestisida sintetis telah menyebabkan akumulasi bahan kimia anorganik di tanah, yang berdampak negatif terhadap mikrobioma tanah. Padahal, mikrobioma memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan tanah. Selain itu, dampak perubahan iklim juga memicu peningkatan salinitas dan kekeringan, yang memperburuk kondisi tanah.

Dilansir dari website resmi milik BRIN, Yeni Khairini, yang mewakili Kepala Pusat Riset Mikrobiologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyampaikan riset terus dilakukan untuk menggali hubungan antara tumbuhan dan mikrobioma guna meningkatkan produktivitas, terutama pada komoditas unggulan nasional. 

Hal tersebut ia ungkapkan dalam pembukaan webinar seri ke-41 yang bertajuk "Exploring the Effect of Frass-based Amendments on Shallot Yield and Rhizobiome: A Comparative Study" yang diadakan Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN pada Rabu (9/10).

Baca juga :  Akademisi Nilai Program Food Estate di Kalteng Sudah Tepat

"Tantangan ini tidak hanya dihadapi oleh petani, tetapi juga menjadi tugas bagi para peneliti untuk membantu mengembangkan pupuk dan pembenah tanah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ungkap Yeni.

Maulana Malik Nashrulloh, seorang postdoctoral di Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN, turut hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut. Ia membagikan pengalaman risetnya mengenai dampak penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan terhadap mikrobioma tanah. Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang bermanfaat bagi tanah terancam punah karena paparan bahan kimia tersebut.

Penurunan aktivitas mikrobioma berdampak besar pada penurunan kesuburan tanah, yang menyebabkan tanah menjadi padat dan kurang subur. Jika kondisi ini terus berlanjut, hasil panen akan semakin menurun, dan kelangsungan pertanian pun terancam. Upaya pemulihan kondisi tanah ini tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga biaya yang besar.

Baca juga : BRIN: Pemanfaatan Sains dan Data Sektor Pertanian Didorong untuk Tingkatkan Produktivitas

Nashrulloh juga menjelaskan tentang potensi penggunaan frass BSFL (black soldier fly) atau limbah dari larva lalat tentara hitam (Hermetia illucens). Frass ini terdiri dari kotoran, sisa makanan, dan eksuviae (kulit yang terkelupas saat larva berganti kulit). Penerapan frass sebagai pembenah tanah dapat menjadi solusi ramah lingkungan dalam praktik pertanian berkelanjutan.

Penggunaan frass tidak hanya menyediakan nutrisi dan mineral yang diperlukan tanaman, tetapi juga memperkenalkan mikroba yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kesehatan tanaman. Frass kaya akan nitrogen, fosfor, dan kalium, zat esensial untuk pertumbuhan tanaman, sehingga berperan besar dalam pertanian organik.

Namun, Nashrulloh mengingatkan kualitas frass sangat dipengaruhi kandungan senyawa berbahaya seperti logam berat atau senyawa toksik yang mungkin berasal dari pakan larva. Oleh karena itu, penting untuk memastikan pakan yang digunakan bebas dari kontaminasi bahan berbahaya.

Dalam konteks pertanian berkelanjutan, frass menawarkan manfaat signifikan bagi tanah, seperti memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kadar bahan organik, serta memperkaya nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Selain itu, frass mendukung keberlanjutan mikrobioma tanah, yang esensial untuk siklus nutrisi dan kesehatan tanaman. 

Dengan memanfaatkan frass, sektor pertanian juga dapat memanfaatkan limbah organik secara optimal, mendukung ekonomi sirkular dalam skala yang lebih luas. (BRIN/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya