Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
MENINGKATKAN kesuburan bagi pria melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup sehat, pola makan yang baik, dan perhatian terhadap faktor-faktor yang memengaruhi kualitas sperma.
Maka dari itu, dengan pola hidup sehat dan pola makan yang sehat kualitas sperma pria pun akan meningkat.
Untuk melakukannya, tak hanya mengkonsumsi makanan sehat saja, tetapi perlu dilakukan olahrga teratur dan merubah gaya hidup.
Baca juga : Infertilitas Pria: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Pilih makanan yang kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Nutrisi seperti vitamin C, vitamin D, zinc, dan asam folat dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sperma.
Makanan yang direkomendasikan meliputi:
Obesitas atau kekurangan berat badan dapat mempengaruhi kualitas sperma. Usahakan untuk memiliki berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan olahraga teratur.
Baca juga : 9 Cara Meningkatkan Kesuburan Perempuan agar Cepat Hamil
Indeks Massa Tubuh (BMI) yang ideal dapat meningkatkan produksi sperma yang lebih sehat.
Olahraga ringan hingga sedang secara rutin dapat membantu meningkatkan produksi sperma. Olahraga juga meningkatkan sirkulasi darah, yang mendukung kesehatan organ reproduksi.
Hindari olahraga berlebihan, karena aktivitas fisik yang terlalu intens dapat menyebabkan penurunan kadar testosteron dan kualitas sperma.
Baca juga : Dari Penurunan Libido hingga Risiko Serius: Kenali Andropause dan Cara Mengatasinya
Stres kronis dapat mengganggu keseimbangan hormon yang memengaruhi produksi sperma. Cobalah teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan untuk mengelola stres.
Tidur yang cukup (7-9 jam per malam) juga penting untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Alkohol dan merokok dapat merusak kualitas sperma dan mengurangi jumlah sperma. Mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol, serta berhenti merokok, dapat secara signifikan meningkatkan kesuburan.
Baca juga : Memahami Gejala Menopause, Apa yang Perlu Diketahui?
Nikotin dalam rokok diketahui memengaruhi DNA sperma dan menyebabkan cacat genetik.
Paparan panas berlebih pada area genital, seperti mandi air panas, sauna, atau penggunaan laptop di pangkuan, dapat memengaruhi produksi sperma.
Kenakan pakaian dalam yang longgar dan hindari celana ketat untuk menjaga suhu testis tetap optimal.
Suplemen seperti zinc, vitamin D, koenzim Q10, dan asam folat telah terbukti membantu meningkatkan jumlah sperma dan motilitas (pergerakan) sperma.
Pastikan berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen untuk menentukan dosis yang tepat.
Penggunaan steroid anabolik untuk membentuk otot dapat mengurangi produksi sperma secara signifikan dan menurunkan kesuburan pria.
Beberapa obat seperti antidepresan, antibiotik, atau obat penghilang rasa sakit dalam jangka panjang dapat memengaruhi kualitas sperma. Diskusikan dengan dokter tentang obat yang Anda konsumsi dan efeknya terhadap kesuburan.
Lakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara rutin, terutama jika Anda telah mencoba untuk memiliki keturunan selama lebih dari setahun tanpa hasil. Dokter mungkin menyarankan tes sperma untuk mengevaluasi kualitas sperma dan memberikan saran medis yang lebih spesifik.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan menjaga gaya hidup sehat, pria dapat meningkatkan kesuburan dan memperbesar peluang memiliki keturunan. (Z-12)
Journal of the American Heart Association mengungkapkan fakta mengejutkan: sindrom "patah hati" atau kardiomiopati takotsubo justru lebih mematikan bagi pria.
Sebuah studi internasional terbaru mengungkapkan alasan ilmiah mengapa pria dan wanita mengalami risiko, gejala, serta hasil kesehatan yang berbeda dalam menghadapi penyakit
Para ilmuwan menemukan penurunan risiko ini mungkin berbeda antara pria dan perempuan. Jadi siapa yang perlu berolahraga lebih banyak?
Sindrom patah hati bukan hanya istilah puitis. Sebuah studi medis terbaru membuktikan bahwa kondisi ini benar-benar bisa menyebabkan kematian—dan pria ternyata jauh lebih rentan.
Pria dalam penelitian ini, 45,4 persen diklasifikasikan sebagai penderita obesitas, dan hampir sepertiga memiliki kondisi pradiabetes 29,2% dan prahipertensi 31,1%.
Sebuah studi dari National Institute of Cardiology di Warsawa menemukan pria yang sudah menikah memiliki risiko 3,2 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan pria lajang.
Namun, untuk bisa mendapatkannya tentulah bukan hal yang mudah. Terlebih lagi jika salah satu atau kalian merupakan pekerja yang selalu aktif setiap harinya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved